Saturday, 11 May 2013

Kelompok 6



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diksi (Pilihan Kata)”. Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis berharap makalah ini menambah wawasan serta dapat membantu dalam mencapai tingkat pemahaman materi mata kuliah bahasa Indonesia khususnya tentang Diksi (Pilihan Kata). Penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.    Ibu Muharrina Harahap selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis sehingga penulis bisa mengikuti dan menyelesaikan makalah ini dengan baik;
2.    orang tua yang telah menyemangati penulis;
3.    teman-teman seperjuangan yang selalu menjadi tempat pertukaran pikiran di antara kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, karena keterbatasan sarana buku-buku serta sumber dari media lain yang bisa mendukung terciptanya makalah ini, maka dari itu penulis berharap kepada pembaca agar kiranya dapat member kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Terimakasih.

Medan, April 2013
Penulis,

Kelompok IV


BAB I
PENDAHULUAN

I.1               Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika kita menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus dan teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis/mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan “cerita” mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan / menceritakan suatu peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.

I.2     Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
  1. apa pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia ?
  2. apa saja yang menjadi persyaratan diksi ?
  3. bagaimana pembentukan kata atau istilah ?
  4. apa perbedaan kata ilmiah, kata populer, kata jargon, dan slang ?

I.3     Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      agar mahasiswa mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia;
2.      agar mahasiswa mampumenghasilkan tulisan yang indah dan enak dibaca, sehingga makna dengan tepat pada setiap pilihan kata yang ingin disampaikan;
3.      agar mahasiswa dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata;
  1. agar mahasiswa menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif, dan mudah dimengerti;
5.   agar mahasiswa mengetahui ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.



BAB I
PENDAHULUAN

I.1               Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika kita menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus dan teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis/mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan “cerita” mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan / menceritakan suatu peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.

I.2     Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
  1. apa pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia ?
  2. apa saja yang menjadi persyaratan diksi ?
  3. bagaimana pembentukan kata atau istilah ?
  4. apa perbedaan kata ilmiah, kata populer, kata jargon, dan slang ?

I.3     Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      agar mahasiswa mengetahui arti diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia;
2.      agar mahasiswa mampumenghasilkan tulisan yang indah dan enak dibaca, sehingga makna dengan tepat pada setiap pilihan kata yang ingin disampaikan;
3.      agar mahasiswa dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata;
  1. agar mahasiswa menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif, dan mudah dimengerti;
5.   agar mahasiswa mengetahui ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Diksi
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Ada beberapa pengertian diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat pendengar/penerima. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu (Keraf, 2008).
Harimurti (1984) pada buku Kamus Linguistik, menyatakan bahwa diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara didalam umum atau dalam karang-mengarang.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat berikut ini.
·      Ketepatan pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
·      Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
·      Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif, dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
·      Hari ini aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
·      Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai di sana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari di sana, kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraf di atas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.

2.2       Persyaratan Diksi
Untuk itu persyaratan ketepatan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan.

a.   Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Kelompok Kata/Frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/ diksi yang tepat, seksama, lazim, dan benar.

1.      Tepat
Pengertian tepat adalah pemilihan kata dengan menempatkannya pada kelompoknya. Unsur tepat ini memungkinkan pembentukan kelompok baru.
Contoh :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata. Kelompok kata pandangan mata memang tepat susunannyasedangkan kelompok kata lihatan mata tidak tepat susunannya. Jadi, walau kedua kata itu bersinonim, tetapi tidak dapat saling menggantikan. Dengan kata lain, kedua kata itu mempunyai pasangan tertentu/ khusus yang menimbulkan pengertian yang tepat.

2.      Seksama
Pengertian seksama adalah makna kata harus benar dan sesuai dengan apa yang hendak disampaikan. Unsur seksama lebih ditekankan pada unsur kelompok katanya.
Contoh :
kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakannya hari agung, hari akbar, ataupun hari tinggi.
Sinonim kata, terutama sangat dibutuhkan oleh orang yang sering mengarang.  Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1)      pengaruh bahasa daerah
contoh :
kata harimau yang diberi sinonim dengan kata  macan; kata auditoriumyang bersinonim dengan kata pendopo
2)      perbedaan dialek regional
contoh :
kata handuk yang bersinonim dengan kata tuala; kata selop yang bersinonim dengan kata seliper

3)      pengaruh bahasa asing
contoh :
kata kolosal bersinonim dengan kata besar; kata realita yang bersinonim dengan kata kenyataan
4)      perbedaan dialek sosial
contoh :
kata istri bersinonim dengan kata bini, kata mati bersinonim dengan kata wafat
5)      perbedaan ragam bahasa
contoh :
kata asisten bersinonim dengan kata pembantu; kata tengah bersinonim dengan kata madya
6)      perbedaan dialek temporal
contoh :
kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan; kata peri bersinonim dengan kata hantu.
Homonim  ialah kata yang bentuknya sama, tetapi artinya berbeda atau tidak sama. Contoh : antara kata buku yang berarti ‘kitab’ dan buku yang berarti ‘ruas’; antara kata bisa yang berarti ‘dapat’ dengan bisa  yang berarti ‘racun’. Oleh karena itu, kata buku dan bisa yang pertama berhomonim dengan kata buku dan bisa yang kedua. Homonim terjadi disebabkan oleh dua hal berikut ini. Pertama, kata yang berhomonim itu berasal dari bahasa yang berlainan. Kedua, kata-kata yang berhomonim itu terjadi karena hasil proses morfologi.
Homonim dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu, homofon dan homograf. Homofon adalah kata yang bunyinya sama, tetapi tulisannya berbeda dan artinya juga berbeda. Contoh, kata bank serta bang. Kedua patah kata ini bunyinya persis sama, tetapi dituliskan dengan bentuk yang berbeda. Homograf adalah kata yang tulisannya sama, tetapi bunyinya berbeda dan artinya pun berbeda. Contoh, kata apel yang dilafalkan dengan e lemah/ pepet dan dengan e keras/ taling akan berbeda artinya.
Kata antonym berasal dari bahasa Yunani yaitu, anoma  yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan’. Jadi, secara harfiah antonym adalah dua patah kata yang maknanya ‘agak’ berlawanan. Dikatakan ‘agak’ karena sifat berlawanan dari dua patah kata yang berantonim itu sangat relatif.
Kata-kata yang berlawanan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu : a) kontradiksi serta; b) kontras/ kontrer. Dikatakan kontradiksi apabila dua pernyataan tidak mungkin sama-sama benar dan tidak mungkin sama-sama salah. Umumnya, bentuk kontradiksi dinyatakan dengan kata bukan atau tidak.
Contoh :
-          dua hari yang lalu adik memakan mangga itu
-          dua hari yang lalu adik tidak memakan mangga itu.
Kemudian dikatakan kontras/ kontrer apabila salah satu dari dua pernyataan mungkin benar atau mungkin juga kedua pernyataan itu salah.
Contoh :
-          Kata ayah, “Itu sebuah kuini.”
-          Kata ayah, “Itu sebuah durian”.
Jadi, di dalam kontras/ kontrer tampaknya ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan.

Polisemi berarti sepatah kata mempunyai banyak arti atau sepatah kata mempunyai arti lebih dari satu. Polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini.
(a)    Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu.
Misalnya kata kepala  yang mempunyai arti ‘bahagian atas tubuh manusia, tempat mata, hidung, dan tumbuhnya rambut’, tetapi dapat juga berarti ‘orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor, tempat bekerja, dan sebagainya’.
(b)   Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu dipakai untuk memberi keterangan benda lain.
Umpamanya bagian-bagian tubuh manusia seperti pinggang, leher, kaki, serta mulut. Kata-kata tersebut dipakai untuk memberi keterangan benda lain dengan dasar perbandingn yang sama seperti terdapat pada bentuk pinggang perahu, leher botol, kaki meja, dan mulut sungai.
(c)    Sepatah kata konkret dapat pula dipergunakan untuk suatu pengertian abstrak.
Misalnya, kata-kata menyala, meluap serta berkobar  pada bentuk-bentuk berikut ini.
-          Kemarahan abang menyala-nyala karena anak itu diam seribu bahasa.
-          Keinginan adik meluap-luap untuk mengikuti acara pelantikan itu.
(d)   Kata yang sama berubah artinya karena berbeda indra yang menerimanya.  Gejala seperti ini selalu juga disebut dengan sinestesia.
Misalnya, kata pedas dan manis dalam kata-kata berikut ini.
-          Kata-kata ayah si Amir sangat pedas untuk anak yang seusia seperti itu.
-          Cabai itu sudah tentu sangat pedas apalagi dicampur dengan merica.

Hipernim ialah kata-kata yang maknanya mencakup makna kata-kata lainnya. Misalnya, kata bunga melingkupi makna kata-kata anggrek, kamboja, ros, kenanga, gladiol, melati, sedap malam, mawar, dan flamboyan.
Kata-kata yang berhipernim selalu bersifat umum karena maknanya meliputi makna sejumlah kata lainnya.

b.      Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Makna Kata
Pilihan kata atau diksi pada bagian ini harus memperhatikan makna dasar yang bersangkutan. Kesulitannya adalah orang tidak dapat lagi membedakan makna kata dasar dan makna yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman pribadi, perbedaan perasaan, perbedaan lingkungan, perbedaan tujuan, perbedaan nilai-nilai makna, serta perbedaan profesi.
Pilihan kata atau diksi yang sesuai dengan makna kata harus memperhatikan sudut makna kata itu sendiri. Makna kata itu bermacam-macam antara lain adalah :
1.      Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya, makna yang sesuai dengan hasil observasi, makna yang diberi batasan. Nama lain dari makna denotatif ini adalah makna konseptual yaitu, makna menurut konsep yang ada.
Namun, kesalahpahaman masih terus ditemui karena makna denotatif atau konseptual ini tidak sesuai lagi dengan lingkungan pemakainya, tidak kena kepada lawan bicara, ataupun terdapatnya kesalahan sintaks.
contoh :
secara denotatif atau konseptual kata-kata bini dengan isteri, laki dengan suami, tidak ada perbedaannya. Begitu juga dengan kata-kata kelompok, grup, gerombolan, dan rombongan, secara denotatif atau konseptual tidak ada bedanya.
2.      Makna asosiatif
Makna asosiatif berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa itu, nilai-nilai yang ada pada masyarakat pemakai bahasa itu, perasaan pemakai bahasa, perkembangan kata itu sesuai dengan kehendak pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, masa kata itu dipergunakan, dan perasaan pemakai bahasa. Macam-macam makna asosiatif yaitu sebagai berikut:

1)      makna konotatif
Makna konotatif adalah makna yang timbul karena makna konseptual atau denotatif mendapat tambahan-tambahan sikap sosial, sikap diri dalam suatu jaman, sikap pribadi, dan kriteria tambahan lainnya.

Contoh :
wanita dan perempuan berbeda maknanya berdasarkan konotasinya. Kata wanita mengandung makna manusia dewasa berjenis kelamin betina yang lebih berani, agresif, moderen, profesional, lebih terdidik, kurang pandai memasak, dan kurang sensitif. Sedangkan kata perempuan mengandung makna manusia dewasa berjenis kelamin betina yang kurang profesional, pandai memasak, kurang terdidik, dan sangat sensitif.

2)      Makna stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan kata dalam tutur ataupun karang-mengarang sesuai dengan lingkungan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Makna stilistik dapat dibedakan berdasarkan:
·      profesi (seperti bahasa sastra, bahasa hokum, dan bahasa jurnalistik)
·      status (seperti jargon, slang, dan bahasa percakapan)
·      modalitas (seperti bahasa lelucon, bahas memorandum, bahasaperkuliahan)
·      pribadi (bahasa gaya Mochtar Lubis, bahasa gaya Idrus, bahasa gaya Sutan Takdir Alisyahbana).

3)      Makna afektif
Makna afektif berhubungan dengan perasaan pembicara atau pemakai bahasa secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek pembicara. Makna afektif lebih berkesan dalam bahasa lisan daripada dalam bahasa tulis.
Makna afektif menggunakan pengantar makna denotatif atau konseptual, makna asosiatif atau konotatif, dan makna stilistik. Makna afektif lebih jelas dengan pemakaina kata-kata seruan aduh, aduhai, aha, ahai, amboi, biar!, mampus lu!, cih, cis, lho, oh, puih, wah yakh.

3.      Makna reflektif
Makna reflektif umumnya menghubungkan antara makna denotatif atau konseptual yang satu dengan makna denotatif atau konseptual yang lain. Pilihan kata dengan makna denotatif atau konseptual tertentu menimbulkan refleksi kepada sesuatu yang hampir bersamaan.
            Contoh :
     Kata baju hijau mengandung makna reflektif karena dapat menimbulkan pengertian spontan ‘sesuatu yang dapat melindungi’, tetapi dapat juga mengandung pengertian ’sesuatu yang menakutkan’.
4.      Makna kolokatif
Makna kolokatif berhubungan dengan makna dalam frase sebuah bahasa. Hubungan makna kolokatif dalam bahasa Indonesia lebih banyak berdasarkan kelaziman dan kebiasaan.
            Contoh :
            kata cepat dan laju mempunyai pasangan atau kelompok kata tertentu. Oleh karena itu, kedua kata itu mempunyai makna kolokatif. Kita dapat mengatakan bus cepat malam dan janggal rasanya kalu kita mengatakan bus laju malam.
5.      Makna interpretatif
Makna interpretatif berhubungan dengan penafsiran dan juga tanggapan dari pendengar maupun pembaca. Si x menulis atau berbicara dan si q membaca atau mendengar. Lalu si q akan memberikan tafsiran pilihan kata atau diksi yang dilakukan si x. Tafsiran dan tanggapan si q haruslah sesuai dengan pilihan kata atau diksi si x. Apabila hal ini tidak terjadi, kesalahpahaman antara si x dan si q akan muncul.

c.       Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kita
Pilihan kata atau diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
1.      tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek;
2.      daerah atau geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek;
3.      resmi atau formal dan tidak resmi atau nonformal yang mengakibatkan terjadinya bahasa baku atau bahasa standar dan bahasa yang tidak baku atau bahasa nonstandar;
4.      umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan bahasa khusus atau bahasa profesional.
Pilihan kata atau diksi juga harus memperhitungkan kata-kata dan makna yang profesional. Pilihan kata atau diksi berdasarkan profesi tidak sama dengan istilah. Pilihan kata berdasarkan profesi merupakan pilihan kata yang telah kita anggap lazim jika orang membicarakan masalah tertentu.
Contoh :
Umum
Profesional
Dibuat
Dirakit
Tengah
Madya
Tukang
Ahli
Rumah
Wisma, graha
Begitu pula dengan kata-kata: tersangka, terdakwa, dan tertuduh, yang bagi masyarakat awam sama maknanya, tetapi di kalangan praktisi hukum  (bahasa hukum) mempunyai makna yang berbeda.

d.      Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Mengarang
Pilihan kata pada bagaian ini amat penting. Pilihan kata di sini haruslah tepat dan dapat mewakili apa yang dimaksudkan. Pilihan kata akan memberikan informasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Untuk itu, perlu diperhatikan lingkungan sosial dalam menentukan kata-kata yang dipilih.Pilihan kata yang sesuai dengan karang-mengarang harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
1.      Pilihan kelompok kata yang berpasangan tetap
Mengarang sebaiknya mempergunakan kelompok kata yang berpasangan tetap. Terkadang ada kata-kata yang dapat dipasangkan dengan berbagai kata depan/ kata hubung lainnya. Akibatnya, kelompok kata itu mempunyai beberapa bentuk yang saling bersaing atau terpaksa memilih kelompok kata itu dengan berbagai alternatif.
Contoh:
1.         terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
2.         ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
3.         bebas akan, bebas atas, bebas dari
4.         marah akan, marah kepada, marah pada
5.         biasa dengan, biasa oleh, biasa pada
6.         berbeda dengan, berbeda dalam, berbeda dari.

2.      Pilihan kata langsung
Karang-mengarang sebaiknya memilih kata-kata yang langsung serta tidak mempergunakan kalimat, frase, maupun bentuk yang bersifat uraian, panjang, dan berbelit-belit. Pilihan kata-kata itu haruslah yang berisi, terarah, dan lugas.
Contoh:
1.         Ia menelepon kekasihnya. (pilihan kata yang langsung)
2.         Ia memanggil kekasihnya melalui telepon. (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)

3.      Pilihan kata yang dekat dengan pendengar/ pembaca
Pilihan kata/ diksi pada bagian ini harus sesuai dengan tingkat sosial, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan lawan berbicara,sehingga pembicara/ penulis dekat dengan pendengar/ pembaca.
Pilihan kata berupa singkatan kata ataupun akronim selalu menimbulkan kekuranglancaran komunikasi. Tidak semua pendengaran maupun pembaca mengerti dengan singkatan/akronim : balita, KISS, VMJdan HMJ. Begitu juga dengan kata-kata asing ataupun istilah-istilah yang berasal dari bahasa asing yang dipilih dalam suatu karangan seperti: “memberikan respon terhadap challenge”; “pilot proyek modernisasi desa”; “backgroundibu”; selalu akan menimbulkan berbagai kesalahpahaman atau kekurangmengertian para pendengar/pembaca terhadap ide/pesan/pokok pikiran yang ingin disampaikan di dalam sebuah karangan.

2.3             Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang
Kosakata terbesar sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang biasa atau rakyat jelata. Kata itulah yang merupakan tulang punggung dari setiap bahasa. Kata-kata itu yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari untuk semua lapisan masyarakat. Kata-kata seperti itu biasa disebut kata-kata populer.
Di samping kata populer ada pula sejumlah kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan ilmiah. Kata seperti ini disebut kata ilmiah. Perbedaan antara kedua jenis kelompok kata ini dapat dijelaskan secara sederhana dengan mempertentangkan pasangan yang secara kasar dianggap mempunyai makna yang sama, seperti contoh-contoh sebagai berikut:
Kata Ilmiah
Kata popular
Analogi
Kiasan
Final
Akhir
Diskriminasi
perbedaan perlakuan
Prediksi
Ramalan
Kontradiksi
Pertentangan
Format
Ukuran
Anarki
Kekacauan
Biodata
biografi singkat
Bibliografi
daftar pustaka

Perlu diketahui bahwa kategori kata ilmiah dan kata populer itu setiap saat dapat bergeser dari kategori yang satu ke kategori yang lain. Sebuah kata asing mula-mula dipakai oleh golongan terpelajar, oleh karena sering dipakai dan lambat laun meresap ke lapisan bawah dan akhirnya berubah statusnya menjadi kata populer.
Istilah jargon mempunyai beberapa pengertian, di antaranya kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi atau kelompok tertentu. Kata-kata ini kerap kali merupakan kata sandi atau kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia). Oleh karena jargon itu merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak  artinya bila jargon dalam sebuah tulisan umum ataupun tulisan yang dibaca oleh orang banyak.
Bahasa Slang dalam  bahasa Inggris sudah sangat populer. Bahasa Slang yang lebih dikenal dengan bahasa Inggris gaul telah tersebar luas juga lewat internet. Menurut Swan (2005: 526), 'Slang' is a very informal kind of vocabulary, used mostly in speech by people who know each other well. Dilihat dari definisi slang menurut Swan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa bahasa slang adalah jenis kosakata yang sangat informal, yang biasanya digunakan dalam percakapan oleh orang yang saling mengenal dengan baik. Jadi, jika kita menggunakan bahasa slang dengan orang bule atau orang yang tidak kita kenal maka kita akan dikatakan orang yang sok akrab. Contoh kata slang : asoy, duit, ketemu, rapi jail, dan sebagainya.

2.4            Pilihan Kata dan Penggunaannya
Biasanya orang membuka kamus untuk mengetahui arti sebuah kata, cara menuliskannya, atau cara-cara melafalkannya. Akan tetapi, banyak juga orang yang menginginkan lebih dari itu. Mereka ingin menemukan kata tertentu untuk mengetahui pemakaiannya secara tepat.
Sudah barang tentu seorang pembicara atau seorang penulis akan memilih kata yang “terbaik” untuk mengungkapkan pesan yang akan disampaikannya. Pilihan kata yang “terbaik” adalah yang memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai denga kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya (Sugono,2009)

1.    Kata dari dan daripada
Ada enam fungsi kata depan dari, yakni sebagai berikut.
a.    Untuk menyatakan keterangan tempat asal sesuatu atau menyatakan asal sesuatu dibuat.
Contoh: Saya naik kereta apa dari Surabaya.
              Kursi itu terbuat dari kayu jati.
b.    Untuk menyatakan sebab.
Contoh: Persoalan itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu.
              Dari peristiwa G 30 S/PKI, lahirlah Hari Kesaktian Pancasila.
c.    Untuk menyatakan bahwa sesuatu merupakan anggota dari suatu kelompok.
Contoh:   Itu baru salah satu dari sekian kebaikan yang biasa mereka lakukan.
                 Seorang dari mereka telah ditahan seminggu yang lalu.
d.   Kata tergantung + dari membentuk ungkapan tetap.
Contoh:      Berhasil tidaknya studi saudara tergantung dari saudara sendiri.
                   Berkembang tidaknya industri kecil daerah itu, banyak tergantung dari subsidi pemerintah.
e.    Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu hal.
Contoh:    Dari pihak pengantin wanita tidak ada masalah.
                 Anak itu sedang sakit dilihat dari sinar matanya.
f.     Untuk menyatakan alasan (dari = berdasarkan).
Contoh:      Dari bukti-bukti yang dikemukakan, anak itu memang bersalah.
                 Buku itu ditulis dari pengalamannya selama di Australia.
Di dalam kehidupan berbahasa sering pula dijumpai pemakaian kata depan dari untuk menyatakan milik (dalam hubungan posesif). Kalau dalam bahasa Belanda, misalnya: “het huis van mijn oom” tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Rumah dari paman saya”. Cukup kalau diterjemahkan “Rumah paman saya”. Hubungan posesif dalam bahasa Indonesia tidak dinyatakan dengan kata dari.
Contoh: Sepeda dari* adik saya sudah hilang.
             Anak dari* kambing itu dua.
             Kesimpulan dari* diskusi itu sudah dirumuskan.
     Pemakaian kata dari pada contoh-contoh kalimat di atas salah, sebab dalam bahasa Indonesia, kata menyatakan pemilik dapat berhubungan langsung dengan sesuatu yang dimilikinya. Jadi, pemakaian kata dari dalam ketiga kalimat di atas tidak perlu, hanya bersifat redudansi (mubazir) saja.
     Ada pula pemakaian kata dari yang menyatakan milik yang kalau dihilangkan akan menimbulkan keraguan arti kalimat.
Contoh: Ayah dari ibu saya sudah tua.
Teriak yang demikian kerasnya dari anak itu mengejutkan orang-orangdi sekitarnya.
Jika kata dari  dalam kedua kalimat di atas dihilangkan maka arti kalimat itu menjadi kurang jelas. Oleh karena itu, kata dari harus digunakan.
Selanjutnya, kata depan majemuk daripada berasal dari kata depan dari dan pada, menurut EyD harus ditulis serangkai. Kata daripada hanya mempunyai satu fungsi, yaitu untuk menyatakan suatu perbandingan.
Contoh: Daripada terus mengantuk seperti ini, lebih baik kita pulang saja.
Kalau kurang sehat, lebih baik duduk daripada berdiri.
Dari pengamatan terhadap pemakaian bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa kata depan daripada dan dari sering digunakan secara tidak tepat. Perhatikan contoh berikut.
1.    Dokter ahli mempelajari pola daripada* alergi si penderita.
2.    Hasil daripada* pembangunan sekarang diharapkan dapat dinikmati seluruh rakyat Indonesia.
3.    Sebagian daripada* hasil utangnya sudah dibayarnya.
4.    Dua orang daripada* regu pencinta alam itu, dikabarkan hilang.
5.    Pada zaman dulu harga rempah-rempah sama mahalnya daripada* emas.
6.    Semua itu tergantung daripada* sarana yang ada.
7.    Lagu itu dikirim dari* Murni untuk Asni di Tanjung Karang.
8.    Anak dari* tetangga saya hari Senin ini akan dilantik menjadi dokter.
9.    Ibu dari* anak itu sering sakit.
10.     Dari* tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penumpang sudah meningkat.
Pemakaian kata depan daripada dalam kalimat (1) dan (2) tidak dapat dipergunakan dan harus dihilangkan karena kata-kata tersebut merusak hubungan kata dan juga bersifat redundansi. Kata daripada dalam kalimat (3) dan (4) seharusnya diganti dengan kata dari. Kata daripada dalam kalimat (5) seharusnya diganti dengan kata dengan, dan kata daripada dalam kalimat (6) diganti dengan kata oleh. Pemakaian kata depan dari kaliamt (7) seharusnya diganti dengan kata oleh. Pemakaian kata depan dari pada kalimat (8) dan (9) di atas juga tidak tepat, tidak lazim digunakan untuk menyatakan pertalian milik (posesif) dan sebaliknya dihilangkan saja. Demikian juga pemakaian kata dari  pada kalimat (10) harus dihilangkan saja karena frase “tabel 2” dalam kalimat itu adalah subyek kalimat.

2.    Kata Pada dan Kepada
Ada empat macam fungsi kata depan pada dalam bahasa Indonesia.
a.         Sebagai pengantar keterangan untuk orang, binatang atau benda abstrak.
Contoh: Buku catatan saya ada pada Aminah.
              Taji hanya terdapat pada ayam jantan.
b.        Sebagai pengantar keterangan waktu.
Contoh: Pada hari Minggu banyak orang pergi ke Berastagi.
              Saya pernah berjumpa dengan dia pada suatu sore.
c.         Bersama-sama dengan kata tertentu membentuk suatu ungkapan.
Contoh: Pada prinsipnya saya menyetujui usul itu.
              Pada hakekatnya setiap orang mempunyai kodrat yang sama.
d.      Dipakai bersama-sama dengan kata bergantung menjadi bergantung pada (tergantung dari).
Contoh: Semua itu bergantung pada kemampuan saudara.
              Boleh atau tidak buku itu dipinjam, bergantung pada yang punya.
Di dalam pemakaiannya, kata depan pada sering digunakan kurang tepat, seperti di bawah ini.
       Tolong ambilkan buku saya pada* laci meja itu.
       Ada beberapa kesalahan pada* lembaran soal.
       Kata depan pada dalam kalimat-kalimat di atas sebaiknya diganti dengan kata depan di.
       Selanjutnya, kata depan kepada biasanya dipakai sebagai berikut.
a.         Untuk mengantar obyek tidak langsung ( obyek yang berkepentingan) dalam suatu kalimat.
Contoh: Hal itu sudah dikatakan kepada saya.
              Hadiah itu diberikan Bapak Kepala Sekolah kepada juara kelas.
b.        Untuk mengantarkan obyek dalam kalimat yang predikatnya berupa adjektif. Dalam hal ini kata kepada sama dengan terhadap atau akan.
Contoh: Pedagang yang di depan rumah kami itu sangat baik kepada tetangganya.
              Mahasiswa itu selalu patuh dan hormat kepada dosennya.
Di dalam struktur kalimat tertentu yang predikatnya kata kerja aktif transitif dan bersufik –kan (melakukan pekerjaan untuk orang lain), kata depan kepada tidak boleh digunakan untuk mengantar obyek penyerta atau obyek berkepentingan.
Contoh: Kakak membuatkan ayah segelas air putih.
              Kakak membuatkan kepada* ayah segelas air putih.
              Ibu mengambilkan adik sepiring nasi.
              Ibu mengambilkan kepada* adik sepiring nasi.
Di dalam contoh-contoh kalimat di atas, sufiks –kan secara implisit sudah menyatakan kepada atau untuk.
Di dalam pemakaian bahasa, sering dijumpai penyimpangan pemakaian kata depan kepada, yakni dipakai untuk mengantar subyek dalam kalimat, sehingga kalimat itu tidak efektif.
Contoh: Kepada* generasi muda diharap berperan serta dalam pembangunan.
              Generasi muda diharapkan berperan serta dalam pembangunan.
              Kepada* mahasiswa yang kehilangan buku diharap menghubungi kepala tata usaha
              Mahasiswa yang kehilangan buku diharap menghubungi kepala tata usaha.

3.    Kata di dan ke
            Kata di bersifat ambivelen, artinya mempunyai dua kemungkinan fungsi dalam bahasa Indonesia yaitu di sebagai kata depan dan di sebagai prefiks. Sebagai prefiks, dimerupakan morfem terikat secara morfologis, dan harus ditulis serangkai dengan kata atau morfem yang mengikutinya, dan biasanya berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif. Sedangkan disebagai kata depan merupakan morfem yang terikat secara sintaks, artinya morfem itu baru mempunyai arti yang pasti apabila dihubungkan dengan morfem lain sehingga membentuk frase atau kalimat. Kata depan  di harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, dan berfungsi sebagai kata yang menyatakan keterangan tempat atau keterangan waktu tak tentu.
            Fungsi kata depan di sebagai berikut.
a)      Untuk menyatakan kata keterangan tempat, baik tertentu maupun tak tertentu.
Contoh : Orang tuanya sedang berda di luar kota.
               Permata itu sudah lama di simpannya di suatu tempat.
b)      Untuk menyatakan keterangan waktu tak tentu.
Contoh : Percayalah, saudara akan bertemu lagi di suatu saat nanti.
Di saat usianya sudah lanjut, orang tua itu semakin tekun beribadah.
c)      Bersama kata lain membentuk kata tanya yang berhubungan dengan tempat.
Contoh : Di mana saudara simpan buku itu ?
                Di sinikah rumah Pak Arman ?
Pemakaian kata depan di yang salah sering dijumpai dalam kalimat seperti berikut:
·         Kunci lokal ini ada di* Pak Hasan.
·         Di * perusahaan swasta itu masih memerlukan tenaga kerja.
Kata depan di dalam kalimat pertama di atas harus diganti dengan pada dan kalimat kedua kata depan di harus dihilangkan atau predikat itu diubah menjadi bentuk kata kerja pasif. Perbaikan kedua kalimat itu menjadi :
·         Kunci lokal ini ada pada Pak Hasan.
·         Perusahhan swasta itu masih memerlukan tenaga kerja.
Atau :
Di perusahaan swasta itu masih diperlukan tenaga kerja.
            Selanjutnya, kata ke juga bersifat ambivalen yang berarti mempunyai dua fungsi yaitu sebagai prefiks dan sebagai kata depan. Sebagai prefiks, ke ditulis bersambung atau serangkai dengan kata yang mengikutinya dan sebagai kata depan ke ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
            Sebagai prefiks, ke dengan atau tanpa sufiks berfungsi sebagai pembentuk kata benda, seperti : kekasih, ketua, kehendak, keadilan, kebenaran dan kesulitan. Prefiks ke juga dapat berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Ini merupakan akibat pengaruh bahasa Jawa. Contohnya : ketubruk, kejatuhan, kesakitan, dan keberatan.
            Sebagai kata depan, ke berfungsi untuk :
a)      Menyatakan keterangan tempat tujuan.
Contoh : ke rumah
               ke luar negeri
               ke suatu tempat
b)      Bersama-sama kata mana, kata depan ke membentuk kata bantu tanya.
Contoh : ke mana Saudara tadi ?
            ke mana mereka akan pergi ?
Bentuk kata depan ke yang sering salah adalah sebagai berikut :
·         kesini* ------------ seharusnya : ke sini
·         kemana* ---------- seharusnya : ke mana
Bentuk penulisan kata depan ke  yang lain, yang menyatakan tempat terjadinya atau tempat beradanya sesuatu, sering juga salah, seperti :
1.      Ibu mendudukkan adik ke* kursi.
2.      Kepala sekolah menempelkan pengumuman ke* dinding.
Kata depan  ke dalam kedua contoh kalimat di atas harus diganti dengan kata depan di, karena lebih menunjukkan tempat beradanya (lokatif) daripada tujuannya.















BAB III
PENUTUP
3.1       Simpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama bagi seorang pengarang maupun untuk penulisan gagasan serta ungkapan. Penguasaan dalam mengolah kata  juga menjadi faktor penting untuk menghasilkan tulisan yang indah dan enak di baca. sehingga makna dengan tepat pada setiap pilihan kata yang ingin disampaikan.
2.      Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan kata, agar dalam pembacaan dan pengertiannya tepat.
3.      Kata ilmiah adalah kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
4.      Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
5.      Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu.
6.      Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD.






DAFTAR PUSTAKA

Barus, S. dkk. 2013. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan: Universitas Negeri Medan.
Keraf, G. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. 1978. Sosiolinguistik dalam Leksikografi. Tugu: Panitia Penataran Leksikografi (Pusat Bahasa).
Sugono, Dendy. 2009. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Edisi ke-6. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Swan, Michael. 2005. Practical English Usage. 3rd Edition. Oxford University Press.














0 comments:

Post a Comment