Mengharap ridho Allah SWT atas nikmat dan karunia yang diberikan akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul Ejaan yang Disempurnakan (EyD) II. Melalui makalah ini sebagai tugas mata kuliah penulis memaparkan unsur serapan dan pemakaian tanda baca berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EyD). Pemaparan dilengkapi dengan contoh yang mendukung.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Bahasa Indonesia selaku dosen pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan.
Kami menyadari terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi, ilustrasi, contoh, dan sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi kami sebagai penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Bahasa Indonesia selaku dosen pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan.
Kami menyadari terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi, ilustrasi, contoh, dan sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi kami sebagai penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Medan, April 2013
Penulis,
Kelompok V
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ............................................................................................. i
Daftar
Isi ....................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan
………....……………………………………………............... 2
BAB II: PEMBAHASAN .................................................................................. 3
2.1 . Penulisan Unsur Serapan .............................................................. 3
2.2 Pemakaian Tanda Baca ................................................................ 12
BAB III: PENUTUP......................................................................................... 25
Simpulan ............................................................................................ 25
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ejaan adalah
seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan,
dan penulisannya dalam suatu
bahasa. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata
mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata, sedangkan
ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman
hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi
pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan
adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira - kira
bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang
berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EyD). EyD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16
Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam dua
puluh lima tahun sebelumnya dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1947). Sebelum
Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van
Ophuysen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang
diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia
pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
Ejaan
yang Disempurnakan (EyD) adalah submateri dalam ketata bahasaan Indonesia,
yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut
dapat di sampaikan dan dipahami secara komprehensif dan terarah. Diharapkan
aturan tersebut dapat digunakan
dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat
digunakan secara baik dan benar.
1.1
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah.
1.
Apa yang dimaksud dengan Ejaan yang
Disempurnakan itu?
2.
Apa yang dimaksud unsur serapan dan bagaimana cara penulisannya yang
benar?
3.
Bagaimana penggunaan tanda baca yang
benar dalam EyD?
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah.
1.
Memahami Konsep EyD.
2.
Memahami cara penulisan kata serapan
yang benar.
3.
Memahami cara penulisan tanda baca yang
benar .
4.
Ruang Lingkup EyD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Penulisan Unsur Serapan
Perkembangan
bahasa Indonesia dalam menyerap unsur dari berbagai bahasa lain baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansakerta, Arab, Belanda atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya
unsur serapan
dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan, yaitu ;
a. Unsur
asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Contoh : reshuffle,
shuttle cock, l’exploitation de l’home par l’home. Unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bahasa asing.
b. Unsur
asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut. (Waridah, 2009:
24)
aa
(Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf octaf
ae,
jika tidak bervariasi dengan e, tetap
ae
aerobe aerob
aerodynamic aerodinamik
ae,
jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematite
ai tetap
ai
trailer trailer
caisson kaison
au
tetap au
audiogram audiogram
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
c, di muka a, u, o dan konsonan, menjadi k
construction konstruksi
cubik kubik
classification klasifikasi
c, di muka e, i, oe dan y, menjadi s
central sentral
circulation sirkulasi
cylinder silinder
cc,
di muka o,u dan konsonan, menjadi k
accommodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclamation aklamasi
cc,
di muka e dan i menjadi ks
accent aksen
vaccine vaksin
cch dan ch, di muka a, o dan konsonan, menjadi k
charisma karisma
saccharin sakarin
technique teknik
ch,
yang lafalnya s atau sy menjadi s;
ch,
yang lafalnya c menjadi c
echelon eselon
machine mesin
check cek
c (Sansakerta)
menjadi s
cabda sabda
castra sastra
e tetap e
effective efektif
description deskripsi
system sistem
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee
(Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem system
ei
tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetic
einsteinium einsteinium
eo
tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu
tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f tetap f
fanatic fanatic
factor factor
fossil fosil
gh
menjadi g
sorghum sorgum
gue
menjadi ge
igue ige
gigue gige
i, pada awal suku
kata di muka vocal, tetap i
iamb iambe
ion ion
iota iota
ie
jika lafalnya i, menjadi i
ie
jika lafalnya i, tetap ie
politiek politik
riem rim
efficient efisien
kh
(Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng
tetap ng
contingent kontingen
linguistic linguistic
congress kongres
oe
(oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enology
foetur fetus
oo
(Belanda) menajadi o
komfoor kompor
provoost provos
oo
(Inggris) menjadi u
cartoon cartun
proof pruf
pool pul
oo(vocal
ganda) tetap oo
zoology zoology
coordination koordinasi
ou,
jika lafalnya au, mewenjadi au
bout baut
counter caunter
ou,
jika lafalnya u, menjadi u
gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur
ph
menjadi f
phase fase
physiology fisiolofi
spectrograph spektrograf
ps
tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychosomatic psikosomatik
pt
tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptyalin
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
aquator ekuator
rh
menjadi r
rhapsody rapsodi
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc,
di muka a, o, u dan konsonan, menjadi sk
scandium skandium
scriptie skripsi
scotopia skotopia
sc,
di muka o, i dan y, menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch,
di muka vocal, menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticisme skolastisme
t, di muka i, jika lafalnya s, menjasi s
ratio rasio
aktie, action aksi
patient pasien
th
menjadi t
theocracy teokrasi
thrombosis trombosit
method e metode
u tetap u
unit unit
structure struktur
institute institut
ua tetap
ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue
tetap ue
suede sued
dued duet
ui
tetap ui
equinos equinox
conduit e konduite
duit duit
uo
tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu
menjadi u
prematuur premature
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televise
cavalry kavaleri
x, pada awal kata
tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x, pada posisi
lain, menjadi ks
executief eksekutif
taxi taksi
extra ekstra
xc,
di muka e dan i, menjadi ks
excess ekses
exceptie eksepsi
excitation eksitasi
xc,
di muka a, o, u dan konsonan ,
menjadi ksk
excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
exclusive eksklusif
y, jika lafalnya y, tetap y
yangonin yangonin
yen yen
yuccaganin yukaganin
y, jika lafalnya i, menjadi i
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi
z tetap z
zenith zenith
zirconium zirconium
zodiac zodiak
Konsonan
ganda menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
gabbro gabro
effect efek
commission komisi
-aat
menjadi -at
advocaat advokat
-age
menjadi -ase
percentage persentase
etalage etalase
-ary,-air (Belanda)
menjadi –er
complementary, complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secundair sekunder
-ant
menjadi -an
accountant akuntan
informant informan
-archy, -archie
(Belanda) menjadi –arki
anarchy, anarchie anarki
oligarchy, oligarchie oligarki
(a)tie, -(a)tion menjadi
-asi, -si
actie, action aksi
publicatie, publication publikasi
-eel, -aal, -al
menjadi -al
structureel,
structural struktural
formeel, formal formal
rationeel, rational rasional
-ein
tetap -ein
cystein sistein
casein kasein
-eur, -or menjadi
–ur
directeur, director direktur
inspecteur, inspector inspektur
conducteur, conductor kondektur
-or tetap -or
dictator dictator
corrector korektor
-ief, -ive
menjadi -if
descriptief, descriptive deskriptif
demontratief, demonstrative demonstratif
-iek, -ica, -ic, -ics, -ique
( nominal) menjadi -ik, -ika
logica, logic logika
physica, physics fisika
techniek, technique teknik
-eil, -ile
menjadi –il
percentiel, percentile persentil
mobiel,mobile mobil
stabiel, stabile stabil
(-isch), -ic
(adjektif Belanda) menjadi -ik
(electronisch), electronic elektronik
(mechanisch), mechanic mekanik
(ballistisch), ballistic balistik
-isch, ical menjadi
-is
economisch, economical ekonomis
practisch, practical praktis
logisch, logical logis
-isme, -ism
menjadi -isme
modernisme, modernism modernisme
communisme, communism komunisme
-ist
menjadi -is
publicist publisis
egoist egois
-logie, logy
menjadi logi
technologie,
technology teknologi
physiologie, physiology fisiologi
analogie, analogy analogi
-logue
menjadi -log
catalogue katalog
dialogue dialog
-loog
(Belanda) menjadi -log
analoog analog
epiloog epilog
-oide,
-oid menjadi -oid
hominoide, hominoid hominoid
anthropoide, anthropoid anthropoid
-oir(e)
menjadi -oar
trottoir trotoar
repertoire repertoar
-teit, -ty
menjadi -tas
universiteit, university universitas
qualiteit, quality kualitas
-uur, -ure
menjadi -ur
factuur faktur
structuur, structure struktur
(Barus,
2013: 31)
2.2 Pemakaian Tanda Baca
2.2.1
Tanda Titik (.)
1. Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
2. Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean huruf bab atau subbab.
Misalnya:
1.
Patokan Umum
1.1 Isi
Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2
Tabel
1. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
Pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35 menit, 20 detik)
2. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20
jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
3. Tanda
titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya, tanda seru, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Alwi,
Hasan, dkk. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltevreden: Balai Poestaka.
4. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang menunjukkan
jumlah.
Misalnya:
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
Penduduk
Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
2.2.2 Tanda Koma (,)
1. Tanda
koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu,
dua, dan tiga!
2. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat yang setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya
akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau
yang memilihnya.
Semua
mahasiswa harus hadir, kecuali yang
tinggal di luar kota.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
Catatan:
Jika anak kalimat mengiringi induk
kalimatnya, maka tanda koma tidak dipakai.
Misalnya:
Saya
tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia
lupa akan janjinya karena sibuk.
4. Tanda
koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar-kalimat yang
terdapat pada awal kalimat seperti oleh
karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
…
Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati.
…
Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,
ya, wah, aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di
dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah,
bukan main!
6. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata
Ibu, “Saya gembira sekali.”
“Saya
gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu mulus.”
7. Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat-surat
ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr.
Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala
Lumpur, Malaysia.
8. Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana,
Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru
Indonesia, Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda
koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk
Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm.4.
10. Tanda
koma dipakai di antara
nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
11. Tanda
koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
Rp
12,50
12. Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
13. Tanda
koma dapat dipakai untuk
menghindari salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Atas
bantuan Agus, Karyadi
mengucapkan terima kasih.
14. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Di
mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri
lurus-lurus!” perintahnya. (Cisca, 2010:41)
2.2.3 Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut;
pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik manghapal nama-nama pahlawan nasional; Saya sendiri asyik mendengarkan siaran
“Pilihan Pendengar”.
2.2.4
Tanda
Titik Dua (:)
1. Tanda
titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Kita
sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
2. Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
3. Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor
ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu,” (mengangkat kopor dan masuk)
4. Tanda
titik dua dapat dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab
dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Surah
Yasin: 9
Karangan
Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. (LPPM
UNS,2013: 13)
2.2.5
Tanda
Hubung (-)
1.
Tanda hubung
menyambung suku-suku kata yag terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya :
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada
ga-ding yang tak retak.
2.
Tanda hubung
menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan
bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya :
Kini ada cara yang baru untuk
meng-ukur panas.
3.
Tanda hubung
digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya :
Anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan.
4.
Tanda hubung
digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang
dieja satu-satu.
Misalnya :
08-04-2008
p-a-n-i-t-i-a
5.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai.
a.
Se- dengan kata berikutnya yang dimulai denga huruf kapital, seperti
se-Indonesia.
b.
Ke- dengan angka, seperti peringkat ke-2.
c.
Angka dengan
–an, seperti tahun 1950-an.
d.
Kata atau
imbuhan dengan singkatan huruf kapital, seperti hari-H.
e.
Kata ganti yang
berbentuk imbuhan, dan seperti mem-PHK-kan.
f.
Gabungan kata
yang merupakan kesatuan. Seperti Bandara Soekarno-Hatta.
6.
Tanda hubung
dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya :
di-smash, di-mark-up dsb.
2.2.6
Tanda pisah (–)
1. Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu –
saya
yakin akan tercapai – diperjuangkan
oleh bangsa induk sendiri.
2. Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangakaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan otonom–telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
3. Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau
‘sampai dengan’.
Misalnya:
1910–1945
Jakarta–Bandung
Catatan:
Pengetikan
tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.
2.2.7
Tanda
Elipsis (…)
1. Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya,
marilah kita bergerak.
2. Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan
… akan diteliti lebih lanjut.
(Alwi, 2000)
Catatan:
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik, tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam
tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
2.2.8
Tanda
Tanya (?)
1. Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan
ia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
2. Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaran.
Misalnya:
Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
1.2.7
2.2.9 Tanda
Seru (!)
Tanda seru dipakai
sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
Merdeka!
http://berbagitugaskuliah.wordpress.com/2011/12/17/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-yang-disempurnakan
1.2.8
2.2.10 Tanda
Kurung ((…))
1. Tanda
kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian
perencanaan sudah selesai menyusun DIK
(Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda
kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran luar
negeri.
3. Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu
berasal dari (kota) Surabaya.
4. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang
merinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja dan (c) modal.
1.2.9 2.2.11
Tanda
Kurung Siku ([…])
1. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini ( perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38] )
perlu dibentangkan di sini.
1.2.12.2.12 Tanda Petik (“…”)
1. Tanda
petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Saya
belum siap,” kata Mira, “Tunggu sebentar!”
Pasal
36 UUD 1945, berbunyi, “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.”
2. Tanda
petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah
“Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,
dari Suatu Tempat.
Sajak
“Berdiri aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda
petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga
minta satu.”
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya,
Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Bang Komar sering disebut
“pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
1.2.12.2.13 Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Misalnya:
Feed-back
‘balikan’.
2.2.14
Tanda
Garis Miring
1. Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.
7/PK/1973
Jalan
Kramat 111/10
2. Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau
dan tiap.
Misalnya:
Dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
harganya Rp25,00/lembar ‘harganya
Rp25,00 tiap lembar’
2.2.15
Tanda
Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali
‘kan kusurati. (‘kan = akan)
1
Januari 88 (’88 = 1988)
(Tera, 2010: 26)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa.
1. Penulisan Unsur Serapan, berdasarkan taraf integrasinya
terbagi atas dua golongan yaitu :
·
unsur
asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia,
dan
·
unsur
asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia.
2. Pemakaian Tanda Baca terdiri atas :
·
tanda
Titik (.),
·
tanda
Koma (,),
·
tanda
Titik Koma (;),
·
tanda
Titik Dua (:),
·
tanda
Hubung (-),
·
tanda
Pisah (-),
·
tanda
Alipsis (....),
·
tanda
Tanya ( ? ),
·
tanda
Seru ( ! ),
·
tanda
Kurung ( ),
·
tanda
Kurung Siku [....],
·
tanda
Petik (“...”),
·
tanda
Petik Tunggal (‘....’), dan
·
tanda
Garis Miring ( / ).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Barus, Sanggup. 2013. Bahasa Indonesia pengembang Kepribadian.
Medan : Universitas Negeri Medan
Cisca. 2010. Pedoman EyD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
LPPM UMS. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. 12 Maret
2013.
http://lppm.ums.ac.id/index.php/download/finish/12-kamus-bahasa-indonesia/45-eyd
Tera, R. I. 2010. Panduan Pintar EyD. Yogyakarta:
Indonesia Tera
Waridah, E. 2009. EYD Saku + Pedoman Pembentukan Istilah Dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta : Kawan Pustaka
http://berbagitugaskuliah.wordpress.com/2011/12/17/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-yang-disempurnakan
0 comments:
Post a Comment