KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul kalimat efektif. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok mata kuliah Bahasa
Indonesia. Penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.
Ibu Muharrina Harahap selaku dosen
pembimbing, yang telah mengarahkan penulis sehingga penulis bisa mengikuti dan
menyelesaikan masalah dengan baik ;
2.
orang tua yang telah menyemangati
penulis ;
3.
teman-teman seperjuangan yang
selalu menjadi tempat pertukaran pikiran di antara penulis.
Makalah ini dibuat sesuai dengan kriteria yang
diberikan, yang diambil dari beberapa sumber. Makalah ini juga memuat hal-hal yang
berguna dan membangun dalam pemahaman tentang kalimat efektif. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, penulis menerima
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
Medan, April
2013
Penulis,
Kelompok VII
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………..1
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………….1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kalimat ……………………………………………………..2
2.2 Pengertian
Kalimat Efektif……………………………………………...2
2.3 Persyaratan
Kalimat Efektif……………………………………………..3
BAB III : PENUTUP
Simpulan…………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk
mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, bahasa merupakan alat
mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tulisan, dari segi rasa, cipta, dan
karsa serta pikir baik secara efektif dan logis. Semua warga negara Indonesia
harus mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia karena itu merupakan kewajiban
bergaul di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, diharuskan memajukan kepribadian Indonesia
di dalam maupun di luar negeri.
Kepribadian Indonesia dapat tercipta dari kemahiran berbahasa Indonesia, bagi mahasiswa Indonesia semua itu dapat
tercermin dalam tata pikir, tata tulis, tata ucapan dan tata laku. Berbahasa
Indonesia dalam konteks ilmiah dan akademis, sebagai mahasiswa harus lebih
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar negeri ini dapat tetap utuh terjaga. Mahasiswa selain berbahasa Indonesia juga
dapat menggunakan kalimat efektif. Kalimat yang disampaikan secara mudah untuk
dipahami oleh pembaca. Karya ilmiah ditulis untuk dipahami oleh pembaca.
Penulis hendaknya memperhatikan kalimat yang disusun. Kalimat sangat penting
dalam sebuah tulisan, kalimat yang baik mudah dipahami pembaca.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu mengetahui dan memahami kalimat
efektif.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami kalimat yang
digunakan dalam menyampaikan informasi yang baik dan benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Secara tradisional, kalimat diartikan sebagai susunan kata yang teratur
yang berisi pikiran yang lengkap. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kalimat didefinisikan sebagai berikut:
1)
kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran
dan perasaan;
2)
perkataan;
3)
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri.
(Depdikbud, 1989:380)
Berdasarkan Kamus Istilah, kalimat didefinisikan sebagai bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan:
1)
dalam wujud lisan, kalimat yang diiringi oleh alunan titik nada disela oleh jeda,
diakhiri oleh intonasi selesai dan diakhiri oleh kesenyapan;
2)
dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf besar atau kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda tanya atau seru; sementara itu disertai pula di dalamnya berbagai
tanda baca. (Suprapto, 1993:40)
2.2 Pengertian Kalimat Efektif
Arifin dan Tasai mendefinisikan kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca atau penulis.
(Arifin, dkk, 1989:111)
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini
contoh kalimat yang kurang efektif.
(1)
Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya
melaporkan kepada kami.
Kalimat di atas diambil dari sebuah tiket bus. Kalimat ini kurang jelas
maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah yang
diminta "supaya melaporkan kepada kami"? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang
membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi kalimat
efektif seperti di bawah ini.
(1a) Jika bus ini
mengambil penumpang di luar agen, Anda diharap melaporkan kepada kami.
Jika subjek
induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, maka kalimatnya dapat diubah
menjadi :
(1b) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen,
harap dilaporkan kepada kami.
Kalimat (2) di
bawah ini diambil dari sebuah majalah.
(2)
Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut
pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.
Apakah yang
berisi cairan racun itu ? Jika jawabnya "dapur", kalimat ini
sudah baik. Jika jawabnya "botol bir", letak keterangannya perlu diubah
menjadi :
(2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir
yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.
2.3 Persyaratan Kalimat Efektif
Suatu kalimat harus dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat.
Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa persyaratan lanjutan selain persyaratan
awal yang telah dibicarakan pada ejaan, tanda baca dan pilihan kata.
Persyaratan-persyaratan lanjutan yang perlu diperhatikan adalah:
1)
kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dengan
cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal;
2)
kesejajaran bentuk bahasa yang digunakan;
3) penekanan
untuk mengemukakan ide pokok;
4)
kehematan dalam mempergunakan kata;
5)
kevariasian dalam struktur kalimat.
1. Kesepadanan dan Kesatuan
Setiap kalimat yang baik terdiri
dari unsur-unsur kalimat yaitu subjek, objek dan keterangan. Kesepadanan ialah
hubungan timbal-balik antara subjek dengan predikat, antara predikat dengan objek
serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. Kesatuan
merupakan setiap kalimat yang mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran.
Jadi, yang dimaksud dengan kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat ialah
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat.
Pada umumnya, dalam sebuah tutur terdapat satu ide pokok yang hendak
disampaikan dan komentar atau penjelasan mengenai ide pokok itu. Kedua hal ini
perlu ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis
mencapai sasarannya. Untuk mencapai maksud itu perlu diperhatikan petunjuk
berikut ini.
1) Subjek dan Predikat
Setiap kalimat harus
mempunyai subjek dan
predikat. Subjek yaitu
sesuatu yang menjadi inti pembicaraan di dalam kalimat. Predikat yaitu hal yang
menceritakan atau menjelaskan tentang inti kalimat pembicaraan. Perhatikan
contoh di bawah ini.
1)
Bangsa Indonesia
menginginkan keamanan, kesejahteraan serta kedamaian.
2)
Kebudayaan daerah
milik seluruh bangsa Indonesia.
Bagian kata yang dimiringkan disebut subjek, sedang
bagian lainnya disebut predikat yang dilengkapi dengan objek dan keterangan.
3)
Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di
sekretariat.
4)
Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya
sebagai pegawai negeri.
Kalimat-kalimat di atas subjeknya kurang jelas karena
diantar oleh partikel. Oleh karena itu, partikel perlu dihilangkan sehingga
menjadi:
5)
Para mahasiswa
diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
6)
Tahun ini
merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri.
2) Ide Pokok
Pada umumnya kalimat
yang disusun harus mengemukakan ide pokok kalimat tersebut. Biasanya ide pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seseorang penulis hendak
menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang
mengandung ide pokok harus menjadi induk kalimat. Perhatikan contoh berikut
ini.
1)
Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
2)
Ia masih dalam tugas militer ketika ia ditembak mati.
Ide pokok dalam kalimat (1) ialah “ia ditembak mati”. Ide pokok dalam kalimat (2) ialah “ia masih
dalam tugas militer”.
3) Penggabungan dengan “yang”, “dan”
Seorang penulis sering
menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat. Jika dua kalimat
digabungkan dengan partikel dan, maka
hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, maka akan menghasilkan kalimat
majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak
kalimat. Perhatikan contoh berikut.
1)
Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih
rendah.
2)
Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan
tinggi.
Kalimat (1) dan kalimat (2) mengandung ide pokok yang sama penting.
Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan menggunakan
partikel dan, sehingga kalimat
gabungan itu menjadi:
3)
Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih
rendah dan perbaikannya adalah tugas
utama perguruan tinggi.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
4)
Kongres lingkungan hidup diadakan di Vancover Kanada.
5)
Kongres itu membicarakan beberapa masalah yang
berkaitan dengan manusia dan lingkungan.
Kalimat (5) merupakan bagian dari kalimat (4), karena itu penggabungan
kedua kalimat itu akan efektif bila mempergunakan partikel yang.
Gabungan kedua kalimat itu menjadi:
6)
Kongres lingkungan hidup yang diadakan di Vancover
Kanada membicarakan beberapa masalah yang
berkaitan dengan manusia dan lingkungan.
4) Penggabungan yang Menyatakan
“sebab” dan “waktu”
Komposisi untuk
mencapai efektivitas komunikasi perlu diperhatikan antara hubungan sebab dan
hubungan waktu. Hubungan sebab dinyatakan dengan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua kata ini sering
dipergunakan pada kalimat yang sama. Perhatikan contoh-contoh berikut.
1)
Ketika banjir
besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih
tinggi.
2)
Karena banjir
besar melanda kampung, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih
tinggi.
Kalimat (1) dan kalimat (2) kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung
pada jalan pikiran penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan
sebab. Adapun yang perlu diperhatikan ialah pilihan penggabungan itu harus
sesuai dengan konteks kalimat.
Kalimat berikut memperhatikan hal yang sama.
3)
Ketika kesehatannya tidak dapat pulih kembali, ia
memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih ringan.
4)
Karena kesehatannya tidak dapat pulih kembali, ia
memutuskan akan mencari pekerjaan yang lebih ringan.
5) Penggabungan Kalimat yang Menyatakan
Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Menggabungkan kalimat
perlu dibedakan antara penggunaan partikel sehingga
(menyatakan hubungan akibat) dengan partikel agar
atau supaya (menyatakan hubungan
tujuan). Perhatikan contoh berikut ini.
1)
Semua peraturan telah ditentukan.
2)
Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kalimat (1) dan (2) digabungkan menjadi:
3)
Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
4)
Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
Perhatikan contoh berikut.
5)
Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan
tepat dan belajar secara sistematik.
6)
Para mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan program
belajar dalam waktu yang sudah ditentukan.
Kedua kalimat dapat digabung dengan mempergunakan kata sehingga dan kata agar, sehingga kalimat tersebut menjadi:
7)
Para
mahasiswa diharapkan dapat membagi waktu
dengan tepat dan belajar secara sistematik sehingga dapat menyelesaikan program
belajar dalam waktu yang sudah ditentukan.
8)
Para
mahasiswa diharapkan dapat membagi waktu dengan tepat dan belajar secara
sistematik agar dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang
sudah ditentukan.
Penggunaan
kata sehingga dan agar dalam kalimat (3), (4), (7) dan (8)
menghasilkan kalimat yang efektif. Perbedaan hanya pada jalan pikiran si
penulis.
Pada kalimat (3) dan kalimat (7) yang
diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat (4) dan (8) hubungan
tujuan.
6) Penumpukan Ide Pokok
Pada suatu paragraf sering dijumpai kalimat panjang. Banyak
orang yang cenderung untuk membuat
kalimat panjang. Kalimat panjang tidak selalu kurang jelas, tetapi kalimat yang
terlalu panjang kadang-kadang memberi kemungkinan penumpukan beberapa ide
pokok. Kalimat ini mengandung banyak anak kalimat, sehingga ide pokok kalimat itu
menjadi tidak jelas lagi. Perhatikan contoh berikut.
1)
Kami sependapat dan terima kasih atas saran saudara B untuk memberitahukan honor yang lebih
banyak kepada para dosen KUTIP, namun honornya sekarang ini tampaknya sudah
yang paling optimal yang dapat kami usahakan dikaitkan dengan keuangan pemerintah.
Kalimat di atas dapat dipecah menjadi beberapa kalimat sehingga tampak
jelas pokok yang dikandung dalam kalimat tersebut.
2)
Kami berterima kasih atas saran saudara B untuk memberi
honor yang lebih banyak kepada para dosen KUTIP. Saran itu kami setujui. Tetapi
nampaknya honor tersebut paling tinggi
yang dapat kami usahakan bila dikaitkan dengan kemampuan keuangan pemerintah.
7) Penggunaan Kata Terjemahan
Kata di mana dan yang mana dalam bahasa Indonesia dipakai dalam kalimat tanya. Kedua
kata tanya ini dipergunakan untuk menanyakan tempat serta tentang sesuatu.
Pemakaian kata di mana, yang mana dan kata mana lainnya
sering dijumpai dalam
tulisan-tulisan, yang digunakan bukan sebagai
kata tanya. Kata-kata itu merupakan kata terjemahan (dari kata where, which) yang pemakaiannya di
dalam bahasa Indonesia makin meluas. Kata-kata ini dipakai begitu saja sehingga
pemakaiannya menimbulkan kesimpangsiuran.
Perhatikan contoh
berikut ini.
1)
Kota di mana
saya pernah tinggal, sekarang sedang dilanda banjir.
2)
Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus cukup mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh agar mereka tetap sehat.
3)
Muangthai dan RRC tampaknya berusaha kembali untuk
mengusir pasukan penduduk Vietnam di Kamboja, usaha mana telah berkali-kali mengalami jalan buntu.
Kalimat di atas
dapat diperbaiki menjadi:
4)
Kota tempat saya pernah tinggal sekarang sedang dilanda
banjir.
5)
Manusia membutuhkan makanan yang cukup mengandung
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh agar tetap sehat.
6)
Muangthai dan RRC tampaknya berusaha kembali untuk
mengusir pasukan penduduk Vietnam di Kamboja. Usaha itu telah berkali-kali
mengalami jalan buntu.
2. Kesejajaran
Kesejajaran di dalam komposisi ialah penggunaan
bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dipakai dalam
susunan serial. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan kelompok kata (frasa) di
dalam kalimat, maka pikiran-pikiran yang lain yang sama harus dinyatakan pula
dengan frase. Kesejajaran bentuk-bentuk ini memberi penjelasan dalam kalimat
secara keseluruhan. Macam-macam kesejajaran dijelaskan sebagai berikut.
1) Kesejajaran Bentuk
Bila salah satu gagasan ditempatkan dalam
struktur kata benda, maka kata lain yang berfungsi sama juga dalam struktur
kata benda, begitu seterusnya.
Perhatikan contoh berikut.
a.
Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia
tua yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara mengobatinya
belum ada yang tahu.
Kalimat di atas memiliki gagasan yang sama yaitu mengerikan dengan berbahaya dan pencegahan
dengan cara mengobatinya, kata-kata
tersebut harus dibuat sama/paralel. Kalimat tersebut menjadi:
b.
Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia
tua yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya
belum ada yang tahu.
Berikut contoh kalimat yang mempunyai kesejajaran.
c.
Polisi segera menangkap
pencuri itu karena sudah mengetahui sebelumnya.
d.
Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1)
menemui dengan
penasihat;
2)
mengajukan
topik;
3)
melaporkan
kepada ketua jurusan ;
4)
menemui
pembimbing.
2) Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna timbul oleh adanya
relasi makna antarsatuan dalam kalimat (subjek, predikat, dan objek).
Perhatikan contoh berikut.
a.
Adik memetiki setangkai
bunga.
b.
Selain pelajar SLTA, panitia juga memberikan kesempatan
kepada mahasiswa.
Kata memetiki
(a) tidak semakna dengan kata setangkai.
Jika kalimat (b) diubah susunannya maka: panitia memberi kesempatan kepada pelajar SLTA dan mahasiswa. Kata kepada mengandung pengertian kepada SLTA dan kepada mahasiswa. Jadi, kalimat yang benar adalah.
c.
Adik memetik setangkai bunga.
d.
Selain kepada pelajar SLTA, panitia juga memberikan
kesempatan kepada mahasiswa.
3) Kesejajaran Rincian Pilihan
Kalimat yang mengandung rincian pilihan, banyak yang sering terjebak oleh
kalimat sebelum rincian sehingga antara kalimat dan rinciannya tidak mengandung
kesejajaran yang benar. Perhatikan contoh berikut.
a.
Pemasangan telepon akan menyebabkan:
1)
melancarkan tugas;
2)
untuk menambah wibawa;
3)
meningkatkan pengeluaran.
Jika kalimat (a) dirangkai akan menjadi kalimat di bawah ini.
b.
Pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas,
untuk menambah wibawa, dan meningkatkan pengeluaran.
Kalimat yang benar rincian pilihannya adalah kalimat di bawah ini.
c.
Pemasangan telepon akan menyebabkan:
1)
tugas lancar;
2)
wibawa bertambah;
3)
pengeluaran meningkat.
3. Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok.
Inti pikiran ini biasanya lain ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau
pembicara. Seorang pembicara biasanya akan memberi penekanan pada bagian
kalimat dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara dan lain sebagainya pada
bagian kalimat tadi. Ada berbagai cara dalam penulisan untuk memberi penekanan
dalam kalimat. Cara-cara ini akan dibicarakan satu per satu.
1) Posisi dalam Kalimat
Untuk memberi penekanan pada bagian
tertentu sebuah kalimat, penulis dapat mengemukakan bagian itu pada bagian
depan kalimat. Cara ini disebut juga pengutamakan bagian kalimat. Perhatikan
contoh-contoh berikut.
1.
Prof. Dr. Herman
Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya
Pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina
dengan produksi minyaknya.
2.
Salah satu
indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, menurut
pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah
rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi
minyaknya.
3.
Rasio yang masih
timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyaknya adalah
salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, demikian
pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
Kalimat (1), (2), dan (3) menunjukkan bahwa ide yang
dipentingkan diletakkan pada bagian muka kalimat. Ketiga kalimat di atas mempunyai
pengertian yang sama tetapi ide pokok berbeda.
Perhatikanlah juga
contoh di bawah ini.
1.
Direktur utama
PLN Ir. Sarjono memberi sambutan pada pembukaan pertemuan kelompok kerja
pertama mengenai masa depan kelistrikan di negara ASEAN di Nusa Dua Bali, Senin
pekan lalu.
2.
Di Nusa Dua Bali,
Senin pekan lalu Direktur utama PLN Ir. Sarjono memberi sambutan pada
pembukaan pertemuan kelompok kerja pertama mengenai masa depan kelistrikan di negara
ASEAN.
3.
Senin pekan lalu,
di Nusa Dua Bali, Direktur utama PLN Ir. Sarjono memberi sambutan pada
pembukaan pertemuan kelompok kerja pertama mengenai masa depan kelistrikan di negara
ASEAN.
Kalimat (2) dan (3) masing-masing
menekankan pada keterangan tempat dan
keterangan waktu.
Pengutamaan bagian kalimat selain
dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Pengutamaan kalimat yang mengubah urutan dan bentuk ini menghasilkan kalimat pasif. Sedangkan kalimat aktif adalah kalimat normal yang dianggap
lebih lazim dipergunakan daripada kalimat pasif.
Perhatikan contoh berikut.
1.
Presiden mengharapkan dengan adanya pabrik semen di
Nusa Tenggara Timur maka pembangunan akan lancar.
2.
Dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur
diharapkan oleh presiden pembangunan akan lancar.
2) Urutan yang Logis
Sebuah kalimat biasanya memberitakan suatu
kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa yang berurutan hendaknya
diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat
disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan menggambarkan suatu proses. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.
Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan,
mobilitas pembangunan, dan persatuan.
2.
Kehidupan anak muda itu susah, sulit, dan tragis.
3.
Penelitian dimulai dengan perumusan masalah, pengajuan
hipotesis, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.
4.
Yang datang saat itu para lurah, camat, dan para bupati
se-Provinsi Sumatera Selatan.
3) Pengulangan Kata
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat
kadang-kadang diperlukan dengan maksud untuk memberi penegasan pada bagian
ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat
membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. Perhatikan contoh berikut.
1.
Pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dengan swasta, keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan perbankan dengan lembaga keuangan nonbank, dan
sebagainya.
2.
Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan
mempunyai banyak dimensi, tidak hanya
berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi
budaya.
Kalimat (1) dan (2) lebih jelas maknanya dengan adanya
pengulangan pada bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.
Penggunaan pengulangan kata yang tidak efektif.
3.
Bertamu ke
rumah orang jangan terlalu lama kalau sekiranya hanya sekedar bertamu saja, paling lama bertamu kira-kira setengah jam saja.
4. Kehematan
Unsur penting lain yang perlu diperhatikan
dalam pembentukan kalimat efektif ialah kehematan. Kehematan terkait dengan
pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan.
Kehematan itu menyangkut soal gramatika dan makna kata. Kehematan tidak berarti
bahwa kata yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh
dihilangkan. Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan akan
dibicarakan satu per satu.
1) Pengulangan Subjek Kalimat
Penulis tanpa sadar sering mengulang subjek
dalam suatu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi jelas.
Oleh karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan. Perhatikan
contoh-contoh berikut ini.
1.
Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu
dengan pemimpin perusahaan itu.
2.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan.
Kalimat di atas
dapat diperbaiki menjadi:
1.
Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu
dengan pemimpin perusahaan.
2.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai
memasuki ruangan.
2) Hipernimi Dihindarkan
Ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi
dalam bahasa. Makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata
yang bersangkutan. Kata merah sudah
mengandung makna kelompok warna. Kata
Desember sudah bermakna bulan.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.
Presiden Suharto menghadiri Rapim ABRI hari Senin lalu.
2.
Rumah penduduk di kota besar terang menderang oleh
cahaya lampu neon.
3.
Laju inflasi bulan lalu 0,7%, sedangkan bulan ini naik ke atas menjadi 1,5%.
4.
Bulan Maret
tahun ini Presiden Suharto akan mengadakan perjalanan muhibah ke beberapa
negara tetangga antara lain Malaysia.
5.
Mereka turun ke bawah
melalui tangga samping kantor.
6.
Warna kuning
dan warna ungu adalah warna
kesayangan almarhum ibu mereka.
Kalimat-kalimat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) diperbaiki dengan
menghilangkan kata hari, lampu, ke atas,
bulan, ke bawah, dan warna.
3) Pemakaian Kata Depan “dari” dan “daripada”
Selain kata depan ke dan di, dalam bahasa Indonesia dikenal juga
kata depan dari dan daripada, Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai
untuk menunjukkan arah (tempat) dan asal
(asal-usul). Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.
Pak Karto berangkat dari
Bandung pukul 07.30.
2.
Perhiasan yang indah itu terbuat dari perak.
Kata dari
tidak dipakai untuk menyatakan milik
atau kepunyaan.
Kalimat-kalimat di bawah ini menunjukkan pemakaian dari yang tidak benar. Kata dari
pada kalimat di bawah ini tidak diperlukan dan harus dihilangkan.
1.
Anggota DPRD dari
Jawa Barat mengadakan kunjungan ke daerah Jawa tengah.
2.
Anak dari
tetangga saya, Senin ini dilantik menjadi dokter.
Kata depan daripada berfungsi
untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Perhatikan
contoh-contoh berikut ini.
1.
Kalimat A lebih sukar dipahami daripada kalimat B.
2.
Penjelasan di dalam buku cetakan ke-2 mengenai cara
menanam cengkeh lebih mudah dipahami daripada
yang terdapat di dalam buku cetakan ke-1.
Kalimat-kalimat di bawah ini menunjukkan pemakaian daripada yang tidak benar. Kata daripada
pada kalimat di bawah ini tidak diperlukan dan harus dihilangkan.
1.
Presiden menekankan bahwa di dalam pembangunan ini
kepentingan daripada rakyat harus
diutamakan.
2.
Sejarah daripada perjuangan
dan pertumbuhan bangsa ikut memberi dasar dan arah dari politik kita yang bebas
dan aktif.
5. Kevariasian
Kelincahan dalam penulisan tergambar oleh struktur
kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat yang pendek dan ada kalimat yang
panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola dan bentuk kalimat
yang sama akan menimbulkan kebosanan dan suasana monoton pada pembaca. Akan
tetapi, kalimat yang panjang pun akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan
ide pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca. Oleh karena itu,
dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi.
1) Variasi dalam Pembukaan Kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi
efektivitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Variasi dalam pembukaan
kalimat, sebuah kalimat dimulai atau dibuka dengan cara frasa keterangan tempat
atau waktu, frasa verbum, dan partikel penghubung dan sebagainya. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a.
Gemuruh
teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan menembus
jala kiper pada menit ke-19.
b.
Dengan gagah Obahorok
telah tampil di Jakarta, kota metropolitan yang angkuh ini.
c.
Pada menit ke-50
kapten kesebelasan kembali menjaringkan bola untuk yang kedua kalinya.
d.
Mang Usil
dari Kompas menganggap hal ini sebagai suatu isyarat sederhana untuk
bertransmigrasi.
e.
Dengan tabah
dia menghadapi musibah yang berat itu.
2) Variasi dalam Pola Kalimat
Suatu kalimat dapat menimbulkan
kebosanan karena suasana yang monoton. Untuk
menghindarinya dan menjadikan kalimat tersebut efektif, pola kalimat
subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek, atau yang
lainnya. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a.
Berdasarkan keterangan kepala Antara di Rabat, Menlu Muchtar mengatakan bahwa tukar pikiran itu
sangat bermanfaat.
b.
Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu
tentunya tidak akan mungkin dapat dimengerti.
3) Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pernyataan dapat
dinyatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh-contoh
berikut ini.
a.
Kita harus berhati-hati memakai bahan bakar dan energi
di dalam negeri.
b.
Dapatkah kita melaksanakan pembangunan ini sesuai
dengan program?
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan sebelumnya, maka simpulan yang dihasilkan sebagai berikut.
1)
Kalimat efektif dapat didefinisikan sebagai kalimat
yang secara tepat mewakili pikiran dan keinginan penulis yang disusun secara
sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca.
2)
Persyaratan-persyaratan kalimat efektif yang perlu
diperhatikan adalah:
a)
kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dengan
cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal;
b)
kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai;
c)
penekanan untuk mengemukakan ide pokok;
d)
kehematan dalam mempergunakan kata;
e)
kevariasian dalam struktur kalimat.
3)
Kesepadanan dan kesatuan yaitu kemampuan struktur
bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat.
4)
Kesejajaran di
dalam komposisi ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi
bahasa yang sama dipakai dalam susunan serial.
5)
Penekanan dalam kalimat yaitu inti pikiran yang
biasanya ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara.
6)
Kehematan terkait dengan pemakaian kata, frase, atau
bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan.
7)
Penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk kalimat
yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Sanggup, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan: Unimed.
Rahayu, Minto. 2010. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Sugono, Dendy. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I Edisi
Keenam . Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Widjono HS. 2007. Bahasa
Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Grasindo.
http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/196711031993032-novi_resmini/kalimat_efektif.pdf
0 comments:
Post a Comment