Tuesday 7 May 2013

Kelompok IV


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT, berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu sebuah makalah  yang  berjudul Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan I. Shalawat beriring salam penulis ucapkan semoga tercurah buat Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan sekarang ini.
Di dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami dapatkan, namun disadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain atas bantuan dan bimbingan dari Dosen Bahasa Indonesia.  Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis memohon maaf  jika dalam penyajian dan penyampaian makalah ini banyak hal-hal yang kurang berkenan atau berkualitas karena keterbatasan sarana buku-buku yang bisa mendukung penulisan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan demi kesempurnaan makalah ini,  dengan tangan terbuka kami selalu menerima saran-saran yang bersifat membangun dan membantu perbaikan-perbaikan dalam makalah ini.

                                                                                   Medan, 26 Maret 2013
Penulis


Kelompok IV


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................          i
DAFTAR ISI ..............................................................................................         ii
BAB I.     PENDAHULUAN .....................................................................         1
                 1.1   Latar Belakang ....................................................................         1
                 1.2   Rumusan Masalah ...............................................................         1
                 1.3   Tujuan .................................................................................         1
                 1.4   Manfaat ...............................................................................         2

BAB II.   PEMBAHASAN  .......................................................................         3
                 2.1   Pengertian dan Pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia ...........         3
2.2   Pemakaian Huruf .................................................................         4
2.2.1 Huruf Abjad................................................................         4
2.2.2 Huruf Vokal................................................................         5
2.2.3 Huruf Konsonan..........................................................         5
2.2.4 Huruf Diftong.............................................................         6
2.2.5 Gabungan Huruf Konsonan........................................         7
2.2.6 Pemenggalan Kata.......................................................         7
2.3   Penulisan Huruf ...................................................................         9
2.3.1 Huruf Kapital..............................................................         9
2.3.2 Huruf Miring...............................................................        13
2.3.3 Huruf Tebal.................................................................        14
2.4   Penulisan Kata .....................................................................        14
2.4.1 Kata Dasar...................................................................        14
2.4.2 Kata Turunan...............................................................        14
2.4.3 Bentuk Ulang..............................................................        15
2.4.4 Gabungan Kata...........................................................        15
2.4.5 Kata Ganti -ku, kau, dan –nya....................................        16
2.4.6 Kata Depan di, ke, dan dari........................................        16
2.4.7 Kata si, dan sang.........................................................        16
2.4.8 Partikel........................................................................        17
2.4.9   Singkatan dan Akronim...............................................        17
2.4.10 Angka dan Lambang Bilangan.....................................        19

BAB III.   PENUTUP ..................................................................................        22
3.1     Kesimpulan ...........................................................................        22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................        23

LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Sistem ejaan di Indonesia yang menggunakan huruf latin dimulai sejak kedatangan bangsa Eropa ke nusantara. Ejaan latin yang dipakai untuk bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sejak abad ke-16 mengalami perubahan berkali-kali. Pada awalnya, setiap penulis buku mempunyai aturan sendiri untuk menuliskan vokal, konsonan, kata, kalimat, jeda, dan sebagainya. Jadi, dapat dibayangkan betapa sulitnya mengajarkan bahasa Melayu dengan sistem ejaan yang berlainan itu. Hal itu menjadi semakin ruwet lagi karena bahasa Melayu digunakan di Hindia Belanda (Indonesia) yang dijajah Belanda, dan Tanah Semenanjung (Malaysia) yang dijajah Inggris. Dengan demikian, cara mengeja bahasa Melayu juga dipengaruhi oleh bahasa penjajahnya, yaitu bahasa Belanda dan bahasa Inggris.
Oleh karena itu, para ahli bahasa menyempurnakan ejaan bahasa Indonesia agar lebih mudah dimengerti oleh masyarakat pada umumnya.

1.2              Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Apakah definisi dari ejaan bahasa Indonesia?
2.         Bagaimana pembinaan ejaan bahasa Indonesia?
3.         Bagaimana pemakaian huruf dalam ejaan yang disempurnakan?
4.         Bagaimana penulisan huruf dalam ejaan yang disempurnakan?
5.         Bagaimana penulisan kata dalam ejaan yang disempurnakan?

1.3              Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Mengetahui definisi ejaan bahasa Indonesia
2.         Mengetahui bagaimana pembinaan ejaan bahasa Indonesia
3.         Mengetahui ciri-ciri pemakaian huruf  dalam Ejaan yang Disempurnakan
4.         Mengetahui ciri-ciri penulisan huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan
5.         Mengetahui ciri-ciri penulisan kata dalam Ejaan yang Disempurnakan

1.4              Manfaat
Adapun manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Mahasiswa memahami bagaimana pemakaian huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan
2.         Mahasiswa memahami bagaimana penulisan huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan
3.         Mahasiswa memahami bagaimana penulisan kata dalam Ejaan yang Disempurrnakan
6.          
BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian dan Pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikut: ejaan: cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf; mis.kata “huruf” dahulu adalah “hoeroef” (Barus, 2013: 15).
Selain itu, ejaan juga dapat diartikan sebagai kaidah tulis menulis baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ada empat prinsip dalam penyusunan ejaan, yaitu:
1.        Prinsip Kecermatan. Sistem ejaan tidak boleh mengandung kontradiksi. Bila sebuah tanda sudah digunakan untuk melambangkan suatu fonem, maka tanda itu seterusnya dipakai untuk fonem itu.
2.        Prinsip Kehematan. Diperlukan suatu standar yang tepat untuk menyusun suatu ejaan agar orang dapat menghemat tenaga dan pikirannya dalam berkomunikasi.
3.        Prinsip Keluwesan. Sistem ejaan harus terbuka bagi perkembangan bahasa di kemudian hari.
4.        Prinsip Kepraktisan. Diusahakan untuk tidak menggunakan huruf-huruf baru yang tidak lazim agar tidak perlu mengganti mesin tik dan peralatan tulis lainnya (Kridalaksana, 2005: 83-84).
Tentang pengaturan yang merupakan usaha pembinaan bahasa Indonesia, dapat dilihat pada aspek ejaannya. Dengan usia yang relatif masih muda, bahasa Indonesia sudah tiga kali mengalami sistem ejaan, antara lain:
a.         Ejaan Ch. A. van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901 sampai tahun 1947. Ejaan ini merupakan warisan dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar dan asal bahasa Indonesia.
b.        Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1947 sampai tahun 1972.
c.         Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Ejaan ini mulai berlaku pada tahun 1972 sampai sekarang. Penamaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan biasanya disingkat menjadi ejaan yang disempurnakan atau EYD.
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan merupakan penyempurnaan dari semua hasil usaha dalam bidang ejaan yang telah mendahuluinya (Barus, 2013: 16-17).

2.2              Pemakaian Huruf
2.2.1        Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf. Huruf-huruf abjad tersebut adalah sebagai berikut:
Huruf
Nama

Huruf
Nama
Kapital
Kecil

Kapital
Kecil
A
a
A

N
N
en
B
b
Be

O
O
o
C
c
Ce

P
P
pe
D
d
De

Q
Q
ki
E
e
E

R
R
er
F
f
Ef

S
S
es
G
g
Ge

T
T
te
H
h
Ha

U
U
u
I
i
I

V
V
ve
J
j
Je

W
W
we
K
k
Ka

X
X
eks
L
l
El

Y
Y
ye
M
m
Em

Z
Z
zet

(Tera, 2010: 3)

2.2.2        Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, u.
Huruf Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
A
Api
Padi
lusa
e*
Enak
Petak
sore

Emas
Kena
tipe
I
Itu
Simpan
murni
O
Oleh
Kota
radio
U
Ulang
Bumi
ibu
Keterangan:
*  untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen  dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan (Cisca, 2010: 1-2).

2.2.3        Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
B
Bahasa
Sebut
adab
C
Cakap
Kaca
-
D
Dua
Ada
abad
F
Fakir
Kafan
maaf
G
Guna
Tiga
balig
H
Hari
Saham
tuah
J
Jalan
 Manja
 mikraj
K
Kami
 Paksa
 politik

 -
 rakyat*
 bapak*
L
Lempar
 Alas
 kesal
M
Makan
 Kami
 diam
N
Nama
 Anak
 daun
P
Pasang
 Apa
 siap
Q
Quran
 Furqan
 -
R
Raih
 Bara
 putar
S
Sampai
 Asli
 lemas
T
Tali
 Mata
 rapat
V
Variasi
 Lava
 -
W
Wanita
 Hawa
 -
x**
Xenon
 -
 -
Y
Yakin
 Payung
 -
Z
Zeni
 Lazim
 juz
*   huruf k melambangkan bunyi hamzah
** khusus untuk nama dan keperluan ilmu (Cisca, 2010: 1-2).

2.2.4        Huruf Diftong
Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Di dalam sistem tulisan, diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan.
Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas yang sama atau hampir sama, artinya kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi deretan au dan ai pada kata daun dan main, bukanlah diftong karena baik a maupun u atau i masing-masing mendapat tekanan yang (hampir) sama dan membentuk suku kata tersendiri sehingga kata daun dan main masing-masing terdiri atas dua suku kata, yaitu: da-un, ma-in (Alwi, 2000: 52).
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang tercantum pada tabel seperti di bawah ini (Cisca, 2010: 3).
Huruf Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di tengah
Di Akhir
ai
Ain
Syaitan
pandai
au
Aula
Saudara
harimau
oi
 -
Boikot
amboi
2.2.5        Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Tabel di bawah ini menunjukkan contoh pemakaian dalam kata (Cisca, 2010: 3).
Gabungan Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal
Di tengah
Di Akhir
kh
khusus
Akhir
tarikh
ng
Ngilu
bangun
senang
ny
 nyata
hanyut
-
sy
syarat
isyarat
-

2.2.6        Pemenggalan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemenggalan kata. Pemenggalan kata berhubungan dengan kata sebagai satuan tulisan, sedangkan penyukuan kata bertalian dengan kata sebagai satuan bunyi bahasa. Pemenggalan tidak selalu berpedoman pada lafal kata.
1.        Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.     Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la                bukan              a-u-la
sau-da-ra         bukan              sa-u-da-ra
am-boi             bukan              am-bo-i
b.      Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak                         ba-rang           la-wan             mu-ta-khir       ke-nyang
c.       Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di                         som-bong                    swas-ta
cap-lok                        ap-ril                           bang-sa
makh-luk
d.      Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men                  ul-tra
in-fra                           bang-krut
ben-trok                       ikh-las
2.        Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an                         me-rasa-kan
mem-bantu                       pergi-lah
3.        Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan dengan cara pada point (1) di antara unsur-unsur itu atau pada point (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah (1a), (1b), (1c), dan (1d) di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
kilo-meter, ki-lo-me-ter
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus (LPPM UMS, 2013).

2.3              Penulisan Huruf
2.3.1        Huruf Kapital
1.         Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:     
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
2.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya ,”Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!
3.         a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
4.         a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama, instansi,atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Divisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
5.         a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second
J/K atau JK-1
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau
satuan ukuran.
6.         a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
7.         a.huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah                                     tarikh Masehi
bulan Agustus                                   bulan Maulid
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
8.         a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi                                      Asia Tenggara
Cirebon                                             Amerika Serikat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan                                                Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng                       Gunung Semeru
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara                                     pempek Palembang
d.huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk                                mandi di sungai
menyeberangi selat                           berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
9.         a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
b. Huruf kapital  tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
Kerja sama antara pemerintah dan rakyat
10.     huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
11.     huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah menbaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
12.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr.                doktor
S.E.               sarjana ekonomi
13.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman.
Misalnya:
Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
14.     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu (Tera, 2010: 7-14).

2.3.2        Huruf Miring
1.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
2.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
3.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana.
(Tera, 2010: 15-16).

2.3.3        Huruf Tebal
1.         Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tebal, daftar lambang, daftar pustaka, indeks dan lampiran.
2.         Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi (Tera, 2010: 16-17).

2.4              Penulisan  Kata
Di dalam buku Pedoman Baku Ejaan yang Disempurnakan Terbaru oleh Cisca, penulisan kata meliputi:
2.4.1        Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Kantor pajak penuh sesak.

2.4.2        Kata Turunan
1.         Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
       Misalnya:
       bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
2.         Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
       Misalnya:
       bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3.         Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
       Misalnya:
       menggarisbawahi, menyebarluaskan.
4.         Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
       Misalnya:
       adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama
       Catatan
1)        Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
       Misalnya:
       non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
2)        Jika kata maha diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
       Misalnya:
       Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

2.4.3        Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, berjalan-jalan.

2.4.4        Gabungan Kata
1.         Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
       Misalnya:
       duta besar, kambing hitam, rumah sakit umum, simpang empat
2.         Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
       Misalnya:
       alat pandang-dengar, anak-istri saya, orang-tua kami.
3.         Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
       Misalnya:
       acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, daripada.

2.4.5        Kata Ganti -ku, kau, dan –nya
Kata ganti ku-  kau-  ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku-, mu-, dan nya- ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.

2.4.6        Kata Depan di, ke, dan dari
Kata Depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai,
daripada, kepadanya, kesampingkan, keluar, dikeluarkan.

2.4.7        Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
Surat itu dikirim kembali lagi kepada si pengirim.

2.4.8        Partikel
1.         Partikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
       Misalnya:
       Bacalah buku itu baik-baik.
       Siapakah gerangan dia?
2.         Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
       Misalnya:
       Apa pun  yang dimakannya, ia tetap kurus.
       Catatan
       Kelompok yang lazim. dianggap padu, misalnya: adapun, andaipun, ataupun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
3.         Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
       Misalnya:
       Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

2.4.9        Singkatan dan Akronim
1.         Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.    Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
S.E.                                              Sarjana Ekonomi    
b.    Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
     Misalnya:
     DPR                                             Dewan Perwakilan Rakyat
c.    Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.                                    dan lain-lain
dsb.                                   dan sebagainya
Tetapi,
a.n.                       atas nama        
d.a.                       dengan alamat
u.b.                       untuk beliau
u.p.                       untuk perhatian

d.   Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu                        kuprum
Rp(5.000,00)       (lima ribu) rupiah

2.         Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.
a.    Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
SIM                      Surat Izin Mengemudi
b.    Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf huruf kapital.
Misalnya:
Kowani                 Kongres Wanita Indonesia
c.    Akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
rudal                     peluru kendali
             
Catatan
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

2.4.10    Angka dan lambang bilangan
1.         Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
       Angka Arab                          : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi                     :  L(50),
C(100), D(500), M(1.000)
2.         Angka digunakan untuk menyatakan:
(i)       ukuran panjang, berat, luas dan isi
(ii)     satuan waktu
(iii)   nilai uang, dan
(iv)   kuantitas.
       Misalnya:
       0,5 sentimeter, 5 kilogram, 2.000 rupiah.
3.         Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
       Misalnya:
       Jalan Tanah Abang I No. 15
4.         Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
       Misalnya:
       Bab X, Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin: 9
5.         Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.    Bilangan utuh
     Misalnya:
     dua belas                                           12       
     dua puluh dua                                   22
     dua ratus dua puluh dua                   222
b.    Bilangan Pecahan
     Misalnya:
     setengah                                            1/2
     satu persen                                         1%
6.         Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
       Misalnya:
       paku buwono X
       kantor di tingkat II itu
7.         Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
       Misalnya:   
       uang 5000-an      atau            uang lima ribuan
8.         Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
       Misalnya:
       Ayah memesan tiga ratus ekor ayam
       Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9.         Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. 
       Misalnya:   
       Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
       Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
10.     Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih muda dibaca.
       Misalnya:
       Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11.     Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
       Misalnya:
       Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
12.     Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
       Misalnya:
       Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
(Tera, 2010: 11-24)

2.4.11     
BAB III
PENUTUP

3.1              Simpulan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya,  Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, ejaan sudah tiga kali mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
a)   Ejaan Van Ophuysen
b)   Ejaan Suwandi
c)   Ejaan yang Disempurnakan (EyD)
Ruang lingkup EyD I antara lain:
a)   Pemakaian Kata
b)   Penulisan Huruf
c)   Penulisan Kata











DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Barus, Sanggup. 2013. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan: Universitas Negeri Medan
Cisca. 2010. Pedoman EyD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Aksara dan Ejaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
LPPM UMS. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. 12 Maret 2013. http://lppm.ums.ac.id/index.php/download/finish/12-kamus-bahasa-indonesia/45-eyd
Tera, R. I. 2010. Panduan Pintar EYD. Yogyakarta: Indonesia Tera




0 comments:

Post a Comment