KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kepada ALLAH SWT, berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu sebuah makalah
yang berjudul Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan I.
Shalawat beriring salam penulis ucapkan semoga tercurah buat Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam yang
berilmu pengetahuan sekarang ini.
Di dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang kami dapatkan, namun disadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain atas bantuan dan bimbingan dari Dosen Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen
pembimbing, yang telah memberikan
tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan
tugas ini.
Penulis memohon maaf jika dalam penyajian dan penyampaian makalah
ini banyak hal-hal yang kurang berkenan atau berkualitas karena keterbatasan
sarana buku-buku yang bisa mendukung penulisan makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat dan demi kesempurnaan makalah ini, dengan tangan terbuka kami selalu menerima
saran-saran yang bersifat membangun dan membantu perbaikan-perbaikan dalam
makalah ini.
Medan, 26 Maret 2013
Penulis
Kelompok
IV
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................. 1
1.4 Manfaat ............................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
....................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Pembinaan
Ejaan Bahasa Indonesia ........... 3
2.2 Pemakaian Huruf ................................................................. 4
2.2.1
Huruf Abjad................................................................ 4
2.2.2
Huruf Vokal................................................................ 5
2.2.3
Huruf Konsonan.......................................................... 5
2.2.4
Huruf Diftong............................................................. 6
2.2.5
Gabungan Huruf Konsonan........................................ 7
2.2.6
Pemenggalan Kata....................................................... 7
2.3 Penulisan Huruf ................................................................... 9
2.3.1
Huruf Kapital.............................................................. 9
2.3.2
Huruf Miring............................................................... 13
2.3.3
Huruf Tebal................................................................. 14
2.4 Penulisan Kata ..................................................................... 14
2.4.1 Kata
Dasar................................................................... 14
2.4.2 Kata
Turunan............................................................... 14
2.4.3 Bentuk
Ulang.............................................................. 15
2.4.4 Gabungan
Kata........................................................... 15
2.4.5 Kata
Ganti -ku, kau, dan –nya.................................... 16
2.4.6 Kata
Depan di, ke, dan dari........................................ 16
2.4.7 Kata
si, dan sang......................................................... 16
2.4.8 Partikel........................................................................ 17
2.4.9 Singkatan dan Akronim............................................... 17
2.4.10 Angka
dan Lambang Bilangan..................................... 19
BAB III. PENUTUP .................................................................................. 22
3.1
Kesimpulan ........................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sistem ejaan di Indonesia yang
menggunakan huruf latin dimulai sejak kedatangan bangsa Eropa ke nusantara.
Ejaan latin yang dipakai untuk bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sejak abad
ke-16 mengalami perubahan berkali-kali. Pada awalnya, setiap penulis buku
mempunyai aturan sendiri untuk menuliskan vokal, konsonan, kata, kalimat, jeda,
dan sebagainya. Jadi, dapat dibayangkan betapa sulitnya mengajarkan bahasa
Melayu dengan sistem ejaan yang berlainan itu. Hal itu menjadi semakin ruwet
lagi karena bahasa Melayu digunakan di Hindia Belanda (Indonesia) yang dijajah
Belanda, dan Tanah Semenanjung (Malaysia) yang dijajah Inggris. Dengan
demikian, cara mengeja bahasa Melayu juga dipengaruhi oleh bahasa penjajahnya,
yaitu bahasa Belanda dan bahasa Inggris.
Oleh karena itu, para ahli bahasa
menyempurnakan ejaan bahasa Indonesia agar lebih mudah dimengerti oleh
masyarakat pada umumnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah definisi dari
ejaan bahasa Indonesia?
2.
Bagaimana pembinaan
ejaan bahasa Indonesia?
3.
Bagaimana pemakaian
huruf dalam ejaan yang disempurnakan?
4.
Bagaimana penulisan
huruf dalam ejaan yang disempurnakan?
5.
Bagaimana penulisan
kata dalam ejaan yang disempurnakan?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui definisi
ejaan bahasa Indonesia
2.
Mengetahui bagaimana
pembinaan ejaan bahasa Indonesia
3.
Mengetahui ciri-ciri
pemakaian huruf dalam Ejaan yang
Disempurnakan
4.
Mengetahui ciri-ciri
penulisan huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan
5.
Mengetahui ciri-ciri
penulisan kata dalam Ejaan yang Disempurnakan
1.4
Manfaat
Adapun
manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa memahami
bagaimana pemakaian huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan
2.
Mahasiswa memahami
bagaimana penulisan huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan
3.
Mahasiswa memahami
bagaimana penulisan kata dalam Ejaan yang Disempurrnakan
6.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
dan Pembinaan Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan
antara lambang-lambang itu (pemisahan, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata,
dan penulisan tanda baca.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikut: ejaan: cara
atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf; mis.kata
“huruf” dahulu adalah “hoeroef” (Barus, 2013: 15).
Selain itu, ejaan juga dapat diartikan
sebagai kaidah tulis menulis baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ada
empat prinsip dalam penyusunan ejaan, yaitu:
1.
Prinsip Kecermatan. Sistem
ejaan tidak boleh mengandung kontradiksi. Bila sebuah tanda sudah digunakan
untuk melambangkan suatu fonem, maka tanda itu seterusnya dipakai untuk fonem
itu.
2.
Prinsip Kehematan. Diperlukan
suatu standar yang tepat untuk menyusun suatu ejaan agar orang dapat menghemat
tenaga dan pikirannya dalam berkomunikasi.
3.
Prinsip Keluwesan. Sistem
ejaan harus terbuka bagi perkembangan bahasa di kemudian hari.
4.
Prinsip Kepraktisan. Diusahakan
untuk tidak menggunakan huruf-huruf baru yang tidak lazim agar tidak perlu
mengganti mesin tik dan peralatan tulis lainnya (Kridalaksana, 2005: 83-84).
Tentang pengaturan yang merupakan usaha
pembinaan bahasa Indonesia, dapat dilihat pada aspek ejaannya. Dengan usia yang
relatif masih muda, bahasa Indonesia sudah tiga kali mengalami sistem ejaan,
antara lain:
a.
Ejaan Ch. A. van
Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901 sampai tahun 1947. Ejaan ini merupakan
warisan dari ejaan bahasa Melayu yang menjadi dasar dan asal bahasa Indonesia.
b.
Ejaan Soewandi atau
ejaan Republik. Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1947 sampai tahun 1972.
c.
Ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Ejaan ini mulai berlaku pada tahun 1972 sampai sekarang.
Penamaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan biasanya disingkat menjadi
ejaan yang disempurnakan atau EYD.
Ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan merupakan penyempurnaan dari semua hasil usaha dalam bidang
ejaan yang telah mendahuluinya (Barus, 2013: 16-17).
2.2
Pemakaian
Huruf
2.2.1
Huruf
Abjad
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf. Huruf-huruf abjad
tersebut adalah sebagai berikut:
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
|||
Kapital
|
Kecil
|
Kapital
|
Kecil
|
|||
A
|
a
|
A
|
N
|
N
|
en
|
|
B
|
b
|
Be
|
O
|
O
|
o
|
|
C
|
c
|
Ce
|
P
|
P
|
pe
|
|
D
|
d
|
De
|
Q
|
Q
|
ki
|
|
E
|
e
|
E
|
R
|
R
|
er
|
|
F
|
f
|
Ef
|
S
|
S
|
es
|
|
G
|
g
|
Ge
|
T
|
T
|
te
|
|
H
|
h
|
Ha
|
U
|
U
|
u
|
|
I
|
i
|
I
|
V
|
V
|
ve
|
|
J
|
j
|
Je
|
W
|
W
|
we
|
|
K
|
k
|
Ka
|
X
|
X
|
eks
|
|
L
|
l
|
El
|
Y
|
Y
|
ye
|
|
M
|
m
|
Em
|
Z
|
Z
|
zet
|
(Tera,
2010: 3)
2.2.2
Huruf
Vokal
Huruf yang
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, u.
Huruf Vokal
|
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
A
|
Api
|
Padi
|
lusa
|
e*
|
Enak
|
Petak
|
sore
|
Emas
|
Kena
|
tipe
|
|
I
|
Itu
|
Simpan
|
murni
|
O
|
Oleh
|
Kota
|
radio
|
U
|
Ulang
|
Bumi
|
ibu
|
Keterangan:
* untuk keperluan pelafalan kata yang benar,
tanda aksen dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan
keraguan (Cisca, 2010: 1-2).
2.2.3
Huruf
Konsonan
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini:
Huruf Konsonan
|
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
B
|
Bahasa
|
Sebut
|
adab
|
C
|
Cakap
|
Kaca
|
-
|
D
|
Dua
|
Ada
|
abad
|
F
|
Fakir
|
Kafan
|
maaf
|
G
|
Guna
|
Tiga
|
balig
|
H
|
Hari
|
Saham
|
tuah
|
J
|
Jalan
|
Manja
|
mikraj
|
K
|
Kami
|
Paksa
|
politik
|
-
|
rakyat*
|
bapak*
|
|
L
|
Lempar
|
Alas
|
kesal
|
M
|
Makan
|
Kami
|
diam
|
N
|
Nama
|
Anak
|
daun
|
P
|
Pasang
|
Apa
|
siap
|
Q
|
Quran
|
Furqan
|
-
|
R
|
Raih
|
Bara
|
putar
|
S
|
Sampai
|
Asli
|
lemas
|
T
|
Tali
|
Mata
|
rapat
|
V
|
Variasi
|
Lava
|
-
|
W
|
Wanita
|
Hawa
|
-
|
x**
|
Xenon
|
-
|
-
|
Y
|
Yakin
|
Payung
|
-
|
Z
|
Zeni
|
Lazim
|
juz
|
*
huruf k melambangkan bunyi
hamzah
** khusus untuk nama dan keperluan ilmu
(Cisca, 2010: 1-2).
2.2.4
Huruf
Diftong
Diftong adalah
vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Di dalam sistem
tulisan, diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu
tidak dapat dipisahkan.
Diftong berbeda
dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas
yang sama atau hampir sama, artinya kedua vokal itu termasuk dalam dua suku
kata yang berbeda. Bunyi deretan au
dan ai pada kata daun dan main, bukanlah
diftong karena baik a maupun u atau i masing-masing mendapat tekanan yang (hampir) sama dan membentuk
suku kata tersendiri sehingga kata daun
dan main masing-masing terdiri atas
dua suku kata, yaitu: da-un, ma-in (Alwi, 2000: 52).
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang tercantum pada tabel seperti di bawah ini
(Cisca, 2010: 3).
Huruf Diftong
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di tengah
|
Di Akhir
|
|
ai
|
Ain
|
Syaitan
|
pandai
|
au
|
Aula
|
Saudara
|
harimau
|
oi
|
-
|
Boikot
|
amboi
|
2.2.5
Gabungan
Huruf Konsonan
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Tabel di bawah
ini menunjukkan contoh pemakaian dalam kata (Cisca, 2010: 3).
Gabungan Huruf Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di tengah
|
Di Akhir
|
|
kh
|
khusus
|
Akhir
|
tarikh
|
ng
|
Ngilu
|
bangun
|
senang
|
ny
|
nyata
|
hanyut
|
-
|
sy
|
syarat
|
isyarat
|
-
|
2.2.6
Pemenggalan
Kata
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemenggalan kata. Pemenggalan kata berhubungan
dengan kata sebagai satuan tulisan, sedangkan penyukuan kata bertalian dengan
kata sebagai satuan bunyi bahasa. Pemenggalan tidak selalu berpedoman pada
lafal kata.
1.
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf
diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b.
Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk
gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak ba-rang la-wan mu-ta-khir ke-nyang
c.
Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta
cap-lok ap-ril bang-sa
makh-luk
d.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2.
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
3.
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah
satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan dengan
cara pada point (1) di antara unsur-unsur itu atau pada point (2) pada unsur
gabungan itu sesuai dengan kaidah (1a), (1b), (1c), dan (1d) di atas.
Misalnya:
bio-grafi,
bi-o-gra-fi
foto-grafi,
fo-to-gra-fi
intro-speksi,
in-tro-spek-si
kilo-gram,
ki-lo-gram
kilo-meter,
ki-lo-me-ter
pasca-panen,
pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang,
badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus (LPPM UMS, 2013).
2.3
Penulisan
Huruf
2.3.1
Huruf
Kapital
1.
Huruf kapital atau
huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia
membaca buku.
Apa
maksudnya?
Kita
harus bekerja keras.
2.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya ,”Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati
anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!
3.
a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra
Yamin
Sultan
Hasanuddin
b. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat
menjadi sultan.
Pada tahun ini dia
pergi naik haji.
4.
a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
Misalnya:
Wakil
Presiden Adam Malik
Perdana
Menteri Nehru
b. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin
oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
c. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk
kepada nama orang, nama, instansi,atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang
hadir dalam rapat itu?
Divisi itu dipimpin
oleh seorang mayor jenderal.
5.
a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir
Hamzah
Dewi
Sartika
b. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second
J/K atau JK-1
c. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau
satuan ukuran.
6.
a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
b. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,suku, dan bahasa yang digunakan
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
7.
a.huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
b. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang
Candu
Perang
Dunia I
c. Huruf kapital tidak
dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai
nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
8.
a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia
Tenggara
Cirebon Amerika
Serikat
b. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri
geografi.
Misalnya:
Bukit
Barisan Danau Toba
Dataran
Tinggi Dieng Gunung Semeru
c. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang
mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
d.huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri
geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang
di danau
e. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai
penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
9.
a. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik
Indonesia
Departemen
Keuangan
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
Kerja sama antara pemerintah dan rakyat
10. huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi,
dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
11. huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali
kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah menbaca buku
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
12. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
13. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman.
Misalnya:
Adik bertanya,”Itu apa,
Bu?”
14. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda
yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan
lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu
(Tera, 2010: 7-14).
2.3.2
Huruf
Miring
1.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah
membaca buku Negarakertagama karangan
Prapanca.
2.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
3.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa
Indonesia.
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis adalah Carcinia
mangostana.
(Tera,
2010: 15-16).
2.3.3
Huruf
Tebal
1.
Huruf
tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tebal, daftar lambang, daftar pustaka, indeks dan lampiran.
2.
Huruf
tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.
Huruf
tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk
menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi (Tera, 2010: 16-17).
2.4
Penulisan Kata
Di dalam buku Pedoman Baku Ejaan yang Disempurnakan
Terbaru oleh Cisca, penulisan kata meliputi:
2.4.1
Kata
Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Kantor pajak
penuh sesak.
2.4.2
Kata
Turunan
1.
Imbuhan (awalan,
sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
2.
Jika bentuk dasar
berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,
garis bawahi, menganak sungai, sebar
luaskan.
3.
Jika bentuk dasar yang
berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan.
4.
Jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama
Catatan
1)
Jika bentuk terikat
diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
2)
Jika kata maha diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar,
gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Esa melindungi kita.
2.4.3
Bentuk
Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda,
mata-mata, berjalan-jalan.
2.4.4
Gabungan
Kata
1.
Gabungan kata yang
lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, rumah sakit umum, simpang empat
2.
Gabungan kata, termasuk
istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis
dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar,
anak-istri saya, orang-tua kami.
3.
Gabungan kata berikut
ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam,
alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, daripada.
2.4.5
Kata
Ganti -ku, kau, dan –nya
Kata
ganti ku- kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya; ku-, mu-, dan nya- ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa
yang kumiliki boleh kauambil.
2.4.6
Kata
Depan di, ke, dan dari
Kata Depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain
itu terletak di dalam lemari.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah
ini ditulis serangkai,
daripada,
kepadanya, kesampingkan, keluar, dikeluarkan.
2.4.7
Kata
si dan sang
Kata
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
Surat itu dikirim kembali lagi kepada si pengirim.
2.4.8
Partikel
1.
Partikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu
baik-baik.
Siapakah gerangan
dia?
2.
Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Catatan
Kelompok yang lazim. dianggap padu, misalnya: adapun, andaipun, ataupun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
3.
Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’, dan
‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
2.4.9
Singkatan
dan Akronim
1.
Singkatan ialah bentuk
yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan nama orang,
nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
S.E. Sarjana
Ekonomi
b.
Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
c.
Singkatan umum yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
Tetapi,
a.n. atas
nama
d.a. dengan
alamat
u.b. untuk
beliau
u.p. untuk
perhatian
d.
Lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.
Misalnya:
Cu kuprum
Rp(5.000,00) (lima ribu) rupiah
2.
Akronim ialah singkatan
yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.
a.
Akronim nama diri yang
berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital.
Misalnya:
SIM Surat
Izin Mengemudi
b.
Akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf huruf kapital.
Misalnya:
Kowani Kongres
Wanita Indonesia
c.
Akronim yang bukan nama
diri berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
rudal peluru kendali
Catatan
Jika
dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
2.4.10
Angka
dan lambang bilangan
1.
Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab
atau angka Romawi.
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi :
L(50),
C(100), D(500), M(1.000)
2.
Angka digunakan untuk
menyatakan:
(i)
ukuran panjang, berat,
luas dan isi
(ii)
satuan waktu
(iii)
nilai uang, dan
(iv)
kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter, 5 kilogram, 2.000 rupiah.
3.
Angka lazim dipakai
untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
4.
Angka digunakan juga
untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin: 9
5.
Penulisan lambang
bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas 12
dua puluh dua 22
dua ratus dua puluh dua 222
b.
Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah 1/2
satu persen 1%
6.
Penulisan lambang bilangan
tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
paku buwono X
kantor di tingkat II itu
7.
Penulisan lambang
bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti
cara yang berikut.
Misalnya:
uang 5000-an atau uang lima ribuan
8.
Lambang bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika
beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan.
Misalnya:
Ayah memesan tiga ratus ekor
ayam
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas
50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9.
Lambang bilangan pada
awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang
tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
10.
Angka yang menunjukkan
bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih muda dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11.
Bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen
resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua
puluh orang pegawai.
12.
Jika bilangan
dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
(Tera, 2010:
11-24)
2.4.11
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan
kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau
kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari
sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, ejaan sudah tiga kali mengalami perubahan
sistem ejaan, yaitu :
a) Ejaan Van Ophuysen
b) Ejaan Suwandi
c) Ejaan yang
Disempurnakan (EyD)
Ruang lingkup EyD I antara lain:
a) Pemakaian Kata
b) Penulisan Huruf
c) Penulisan Kata
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Barus,
Sanggup. 2013. Bahasa Indonesia
Pengembang Kepribadian. Medan: Universitas Negeri Medan
Cisca. 2010. Pedoman EyD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Kridalaksana,
Harimurti. 2005. Aksara dan Ejaan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
LPPM UMS. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. 12 Maret
2013. http://lppm.ums.ac.id/index.php/download/finish/12-kamus-bahasa-indonesia/45-eyd
Tera, R. I. 2010. Panduan Pintar EYD. Yogyakarta: Indonesia Tera
0 comments:
Post a Comment