Monday 13 May 2013

Kelompok VII





KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul kalimat efektif. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.      Ibu Muharrina Harahap selaku dosen pembimbing, yang telah mengarahkan penulis sehingga penulis bisa mengikuti dan menyelesaikan masalah dengan baik ;
2.      orang tua yang telah menyemangati penulis ;
3.      teman-teman seperjuangan yang selalu menjadi tempat pertukaran pikiran di antara penulis.
Makalah ini dibuat  sesuai dengan kriteria yang diberikan, yang diambil dari beberapa sumber. Makalah ini juga memuat hal-hal yang berguna dan membangun dalam pemahaman tentang kalimat efektif. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.





       Medan,  April  2013


Penulis,
Kelompok VII



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………..1
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………….1
1.3  Tujuan…………………………………………………………………...1

BAB II : PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Kalimat ……………………………………………………..2
2.2  Pengertian Kalimat Efektif……………………………………………...2
2.3  Persyaratan Kalimat Efektif……………………………………………..3


BAB III : PENUTUP
Simpulan…………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..19


BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, bahasa merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tulisan, dari segi rasa, cipta, dan karsa serta pikir baik secara efektif dan logis. Semua warga negara Indonesia harus mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia karena itu merupakan kewajiban bergaul di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, diharuskan memajukan kepribadian Indonesia di dalam maupun di luar negeri.                 
Kepribadian Indonesia dapat tercipta dari kemahiran berbahasa  Indonesia, bagi mahasiswa Indonesia semua itu dapat tercermin dalam tata pikir, tata tulis, tata ucapan dan tata laku. Berbahasa Indonesia dalam konteks ilmiah dan akademis, sebagai mahasiswa harus lebih dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar negeri ini dapat tetap utuh terjaga. Mahasiswa selain berbahasa Indonesia juga dapat menggunakan kalimat efektif. Kalimat yang disampaikan secara mudah untuk dipahami oleh pembaca. Karya ilmiah ditulis untuk dipahami oleh pembaca. Penulis hendaknya memperhatikan kalimat yang disusun. Kalimat sangat penting dalam sebuah tulisan, kalimat yang baik mudah dipahami pembaca.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu mengetahui dan memahami kalimat efektif.

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami kalimat yang digunakan dalam menyampaikan informasi yang baik dan benar.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Kalimat
Secara tradisional, kalimat diartikan sebagai susunan kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat didefinisikan sebagai berikut:
1)      kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
2)      perkataan;
3)      satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri. (Depdikbud, 1989:380)
Berdasarkan Kamus Istilah, kalimat didefinisikan sebagai bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan:
1)      dalam wujud lisan, kalimat yang diiringi oleh alunan titik nada disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai dan diakhiri oleh kesenyapan;
2)      dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf  besar atau kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau seru; sementara itu disertai pula di dalamnya berbagai tanda baca. (Suprapto, 1993:40)

2.2    Pengertian Kalimat Efektif
Arifin dan Tasai mendefinisikan kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca atau penulis. (Arifin, dkk, 1989:111)
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini contoh kalimat yang kurang efektif.
(1)   Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan kepada kami.
Kalimat di atas diambil dari sebuah tiket bus. Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah yang diminta "supaya melaporkan kepada kami"? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi kalimat efektif seperti di bawah ini.
(1a) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, Anda diharap  melaporkan kepada kami.
Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, maka kalimatnya dapat diubah menjadi :
(1b) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, harap dilaporkan kepada kami.
Kalimat (2) di bawah ini diambil dari sebuah majalah.
(2)   Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.
Apakah yang berisi cairan racun itu ? Jika jawabnya "dapur", kalimat ini sudah baik. Jika jawabnya "botol bir", letak keterangannya perlu diubah menjadi :
(2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.

2.3    Persyaratan Kalimat Efektif
Suatu kalimat harus dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa persyaratan lanjutan selain persyaratan awal yang telah dibicarakan pada ejaan, tanda baca dan pilihan kata. Persyaratan-persyaratan lanjutan yang perlu diperhatikan adalah:
1)      kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dengan cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal;
2)      kesejajaran bentuk bahasa yang digunakan;
3)      penekanan untuk mengemukakan ide pokok;
4)      kehematan dalam mempergunakan kata;
5)      kevariasian dalam struktur kalimat.




1.      Kesepadanan dan Kesatuan
 Setiap kalimat yang baik terdiri dari unsur-unsur kalimat yaitu subjek, objek dan keterangan. Kesepadanan ialah hubungan timbal-balik antara subjek dengan predikat, antara predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tadi. Kesatuan merupakan setiap kalimat yang mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran. Jadi, yang dimaksud dengan kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat ialah kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat.
Pada umumnya, dalam sebuah tutur terdapat satu ide pokok yang hendak disampaikan dan komentar atau penjelasan mengenai ide pokok itu. Kedua hal ini perlu ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis mencapai sasarannya. Untuk mencapai maksud itu perlu diperhatikan petunjuk berikut ini.

1)      Subjek dan Predikat
Setiap kalimat harus mempunyai subjek dan predikat. Subjek yaitu sesuatu yang menjadi inti pembicaraan di dalam kalimat. Predikat yaitu hal yang menceritakan atau menjelaskan tentang inti kalimat pembicaraan. Perhatikan contoh di bawah ini.

1)      Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan serta kedamaian.
2)      Kebudayaan daerah milik seluruh bangsa Indonesia.
Bagian kata yang dimiringkan disebut subjek, sedang bagian lainnya disebut predikat yang dilengkapi dengan objek dan keterangan.

3)      Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
4)      Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri.

Kalimat-kalimat di atas subjeknya kurang jelas karena diantar oleh partikel. Oleh karena itu, partikel perlu dihilangkan sehingga menjadi:
5)      Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
6)      Tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri.

2)      Ide Pokok
Pada umumnya kalimat yang disusun harus mengemukakan ide pokok kalimat tersebut. Biasanya ide pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seseorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung ide pokok harus menjadi induk kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
1)      Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
2)      Ia masih dalam tugas militer ketika ia ditembak mati.
Ide pokok dalam kalimat (1) ialah “ia ditembak mati”.  Ide pokok dalam kalimat (2) ialah “ia masih dalam tugas militer”.

3)      Penggabungan dengan “yang”, “dan”
Seorang penulis sering menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan, maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Perhatikan contoh berikut.
1)      Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
2)      Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat (1) dan kalimat (2) mengandung ide pokok yang sama penting. Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan menggunakan partikel dan, sehingga kalimat gabungan itu menjadi:
3)      Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama perguruan tinggi.

Perhatikan contoh kalimat berikut.
4)      Kongres lingkungan hidup diadakan di Vancover Kanada.
5)      Kongres itu membicarakan beberapa masalah yang berkaitan dengan manusia dan lingkungan.
Kalimat (5) merupakan bagian dari kalimat (4), karena itu penggabungan kedua kalimat itu akan efektif bila mempergunakan partikel yang.
Gabungan kedua kalimat itu menjadi:
6)      Kongres lingkungan hidup yang diadakan di Vancover Kanada membicarakan beberapa masalah yang berkaitan dengan manusia dan lingkungan.

4)      Penggabungan yang Menyatakan “sebab” dan “waktu”
Komposisi untuk mencapai efektivitas komunikasi perlu diperhatikan antara hubungan sebab dan hubungan waktu. Hubungan sebab dinyatakan dengan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua kata ini sering dipergunakan pada kalimat yang sama. Perhatikan contoh-contoh berikut.
1)      Ketika banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
2)      Karena banjir besar melanda kampung, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Kalimat (1) dan kalimat (2) kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Adapun yang perlu diperhatikan ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
Kalimat berikut memperhatikan hal yang sama.
3)      Ketika kesehatannya tidak dapat pulih kembali, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih ringan.
4)      Karena kesehatannya tidak dapat pulih kembali, ia memutuskan akan mencari pekerjaan yang lebih ringan.


5)      Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Menggabungkan kalimat perlu dibedakan antara penggunaan partikel sehingga (menyatakan hubungan akibat) dengan  partikel agar atau supaya (menyatakan hubungan tujuan). Perhatikan contoh berikut ini.
1)      Semua peraturan telah ditentukan.
2)      Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kalimat (1) dan (2) digabungkan menjadi:
3)      Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
4)      Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
Perhatikan contoh berikut.
5)      Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar secara sistematik.
6)      Para mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang sudah ditentukan.
Kedua kalimat dapat digabung dengan mempergunakan kata sehingga dan kata agar, sehingga kalimat tersebut menjadi:
7)      Para mahasiswa diharapkan dapat membagi  waktu dengan tepat dan belajar secara sistematik sehingga dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang sudah ditentukan.
8)      Para mahasiswa diharapkan dapat membagi waktu dengan tepat dan belajar secara sistematik agar dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang sudah ditentukan.

Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat (3), (4), (7) dan (8) menghasilkan kalimat yang efektif. Perbedaan hanya pada jalan pikiran si penulis.
Pada kalimat (3) dan kalimat (7) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat (4) dan (8) hubungan tujuan.


6)      Penumpukan Ide Pokok
Pada suatu paragraf sering dijumpai kalimat panjang. Banyak orang yang cenderung untuk membuat kalimat panjang. Kalimat panjang tidak selalu kurang jelas, tetapi kalimat yang terlalu panjang kadang-kadang memberi kemungkinan penumpukan beberapa ide pokok. Kalimat ini mengandung banyak anak kalimat, sehingga ide pokok kalimat itu menjadi tidak jelas lagi. Perhatikan contoh berikut.
1)      Kami sependapat dan terima kasih atas saran saudara B untuk memberitahukan honor yang lebih banyak kepada para dosen KUTIP, namun honornya sekarang ini tampaknya sudah yang paling optimal yang dapat kami usahakan dikaitkan dengan keuangan pemerintah.
Kalimat di atas dapat dipecah menjadi beberapa kalimat sehingga tampak jelas pokok yang dikandung dalam kalimat tersebut.
2)      Kami berterima kasih atas saran saudara B untuk memberi honor yang lebih banyak kepada para dosen KUTIP. Saran itu kami setujui. Tetapi nampaknya honor tersebut  paling tinggi yang dapat kami usahakan bila dikaitkan dengan kemampuan keuangan pemerintah.

7)      Penggunaan Kata Terjemahan
Kata di mana dan yang mana dalam bahasa Indonesia dipakai dalam kalimat tanya. Kedua kata tanya ini dipergunakan untuk menanyakan tempat serta tentang sesuatu.
Pemakaian kata di mana, yang mana dan kata mana lainnya sering dijumpai dalam tulisan-tulisan, yang digunakan bukan sebagai kata tanya. Kata-kata itu merupakan kata terjemahan (dari kata where, which) yang pemakaiannya  di dalam bahasa Indonesia makin meluas. Kata-kata ini dipakai begitu saja sehingga pemakaiannya menimbulkan kesimpangsiuran.
Perhatikan contoh berikut ini.
1)      Kota di mana saya pernah tinggal, sekarang sedang dilanda banjir.
2)      Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus cukup mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh agar mereka tetap sehat.
3)      Muangthai dan RRC tampaknya berusaha kembali untuk mengusir pasukan penduduk Vietnam di Kamboja, usaha mana telah berkali-kali mengalami jalan buntu.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
4)      Kota tempat saya pernah tinggal sekarang sedang dilanda banjir.
5)      Manusia membutuhkan makanan yang cukup mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh agar tetap sehat.
6)      Muangthai dan RRC tampaknya berusaha kembali untuk mengusir pasukan penduduk Vietnam di Kamboja. Usaha itu telah berkali-kali mengalami jalan buntu.

2.      Kesejajaran
Kesejajaran di dalam komposisi ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan kelompok kata (frasa) di dalam kalimat, maka pikiran-pikiran yang lain yang sama harus dinyatakan pula dengan frase. Kesejajaran bentuk-bentuk ini memberi penjelasan dalam kalimat secara keseluruhan. Macam-macam kesejajaran dijelaskan sebagai berikut.
1)      Kesejajaran Bentuk
Bila salah satu gagasan ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata lain yang berfungsi sama juga dalam struktur kata benda, begitu seterusnya.
Perhatikan contoh berikut.
a.       Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara mengobatinya belum ada yang tahu.
Kalimat di atas memiliki gagasan yang sama yaitu mengerikan dengan berbahaya dan pencegahan dengan cara mengobatinya, kata-kata tersebut harus dibuat sama/paralel. Kalimat tersebut menjadi:
b.      Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya belum ada yang tahu.
Berikut contoh kalimat yang mempunyai kesejajaran.
c.       Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah mengetahui sebelumnya.
d.      Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
1)      menemui dengan penasihat;
2)      mengajukan topik;
3)      melaporkan kepada ketua jurusan ;
4)      menemui pembimbing.

2)      Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna timbul oleh adanya relasi makna antarsatuan dalam kalimat (subjek, predikat, dan objek). Perhatikan contoh berikut.
a.       Adik memetiki setangkai bunga.
b.      Selain pelajar SLTA, panitia juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa.
Kata memetiki (a) tidak semakna dengan kata setangkai. Jika kalimat (b) diubah susunannya maka: panitia memberi kesempatan kepada pelajar SLTA dan mahasiswa. Kata kepada mengandung pengertian kepada SLTA dan kepada mahasiswa. Jadi, kalimat yang benar adalah.
c.       Adik memetik setangkai bunga.
d.      Selain kepada pelajar SLTA, panitia juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa.

3)      Kesejajaran Rincian Pilihan
Kalimat yang mengandung rincian pilihan, banyak yang sering terjebak oleh kalimat sebelum rincian sehingga antara kalimat dan rinciannya tidak mengandung kesejajaran yang benar. Perhatikan contoh berikut.
a.       Pemasangan telepon akan menyebabkan:
1)      melancarkan tugas;
2)      untuk menambah wibawa;
3)      meningkatkan pengeluaran.
Jika kalimat (a) dirangkai akan menjadi kalimat di bawah ini.
b.      Pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas, untuk menambah wibawa, dan meningkatkan pengeluaran.
Kalimat yang benar rincian pilihannya adalah kalimat di bawah ini.
c.       Pemasangan telepon akan menyebabkan:
1)      tugas lancar;
2)      wibawa bertambah;
3)      pengeluaran meningkat.

3.      Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini biasanya lain ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Seorang pembicara biasanya akan memberi penekanan pada bagian kalimat dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara dan lain sebagainya pada bagian kalimat tadi. Ada berbagai cara dalam penulisan untuk memberi penekanan dalam kalimat. Cara-cara ini akan dibicarakan satu per satu.

1)      Posisi dalam Kalimat
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat mengemukakan bagian itu pada bagian depan kalimat. Cara ini disebut juga pengutamakan bagian kalimat. Perhatikan contoh-contoh berikut.
1.      Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyaknya.
2.      Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, menurut pendapat  Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyaknya.
3.      Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyaknya adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, demikian pendapat  Prof. Dr. Herman Yohanes.
Kalimat (1), (2), dan (3) menunjukkan bahwa ide yang dipentingkan diletakkan pada bagian muka kalimat. Ketiga kalimat di atas mempunyai pengertian yang sama tetapi ide pokok berbeda.
Perhatikanlah juga contoh di bawah ini.
1.      Direktur utama PLN Ir. Sarjono memberi sambutan pada pembukaan pertemuan kelompok kerja pertama mengenai masa depan kelistrikan di negara ASEAN di Nusa Dua Bali, Senin pekan lalu.
2.      Di Nusa Dua Bali, Senin pekan lalu Direktur utama PLN Ir. Sarjono memberi sambutan pada pembukaan pertemuan kelompok kerja pertama mengenai masa depan kelistrikan di negara ASEAN.
3.      Senin pekan lalu, di Nusa Dua Bali, Direktur utama PLN Ir. Sarjono memberi sambutan pada pembukaan pertemuan kelompok kerja pertama mengenai masa depan kelistrikan di negara ASEAN.
Kalimat (2) dan (3) masing-masing menekankan pada keterangan tempat dan keterangan waktu.
Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat. Pengutamaan kalimat yang mengubah urutan dan bentuk ini menghasilkan kalimat pasif. Sedangkan kalimat aktif adalah kalimat normal yang dianggap lebih lazim dipergunakan daripada kalimat pasif.


Perhatikan contoh berikut.
1.      Presiden mengharapkan dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur maka pembangunan akan lancar.
2.      Dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur diharapkan oleh presiden pembangunan akan lancar.

2)      Urutan yang Logis
Sebuah kalimat biasanya memberitakan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.      Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas pembangunan, dan persatuan.
2.      Kehidupan anak muda itu susah, sulit, dan tragis.
3.      Penelitian dimulai dengan perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.
4.      Yang datang saat itu para lurah, camat, dan para bupati se-Provinsi Sumatera Selatan.

3)      Pengulangan Kata
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud untuk memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas. Perhatikan contoh berikut.
1.      Pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dengan swasta, keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan perbankan dengan lembaga keuangan nonbank, dan sebagainya.
2.      Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.
Kalimat (1) dan (2) lebih jelas maknanya dengan adanya pengulangan pada bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.
Penggunaan pengulangan kata yang tidak efektif.
3.      Bertamu ke rumah orang jangan terlalu lama kalau sekiranya hanya sekedar bertamu saja, paling lama bertamu kira-kira setengah jam saja.

4.      Kehematan
Unsur penting lain yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat efektif ialah kehematan. Kehematan terkait dengan pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatika dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan akan dibicarakan satu per satu.

1)      Pengulangan Subjek Kalimat
Penulis tanpa sadar sering mengulang subjek dalam suatu kalimat. Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi jelas. Oleh karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.      Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
2.      Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
1.      Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan.
2.      Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan.


2)      Hipernimi Dihindarkan
Ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi dalam bahasa. Makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata Desember sudah bermakna bulan.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.      Presiden Suharto menghadiri Rapim ABRI hari Senin lalu.
2.      Rumah penduduk di kota besar terang menderang oleh cahaya lampu neon.
3.      Laju inflasi bulan lalu 0,7%, sedangkan bulan ini naik ke atas menjadi 1,5%.
4.      Bulan Maret tahun ini Presiden Suharto akan mengadakan perjalanan muhibah ke beberapa negara tetangga antara lain Malaysia.
5.      Mereka turun ke bawah melalui tangga samping kantor.
6.      Warna kuning dan warna ungu adalah warna kesayangan almarhum ibu mereka.
Kalimat-kalimat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, lampu, ke atas, bulan, ke bawah, dan warna.

3)      Pemakaian Kata Depan “dari” dan “daripada”
Selain kata depan ke dan di, dalam bahasa Indonesia dikenal juga kata depan dari dan daripada, Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) dan asal (asal-usul). Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.      Pak Karto berangkat dari Bandung pukul 07.30.
2.      Perhiasan yang indah itu terbuat dari perak.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Kalimat-kalimat di bawah ini menunjukkan pemakaian dari yang tidak benar. Kata dari pada kalimat di bawah ini tidak diperlukan dan harus dihilangkan.
1.      Anggota DPRD dari Jawa Barat mengadakan kunjungan ke daerah Jawa tengah.
2.      Anak dari tetangga saya, Senin ini dilantik menjadi dokter.
Kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1.      Kalimat A lebih sukar dipahami daripada kalimat B.
2.      Penjelasan di dalam buku cetakan ke-2 mengenai cara menanam cengkeh lebih mudah dipahami daripada yang terdapat di dalam buku cetakan ke-1.
Kalimat-kalimat di bawah ini menunjukkan pemakaian daripada yang tidak benar. Kata daripada pada kalimat di bawah ini tidak diperlukan dan harus dihilangkan.
1.      Presiden menekankan bahwa di dalam pembangunan ini kepentingan daripada rakyat harus diutamakan.
2.      Sejarah daripada perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi dasar dan arah dari politik kita yang bebas dan aktif.

5.      Kevariasian
Kelincahan dalam penulisan tergambar oleh struktur kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat yang pendek dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola dan bentuk kalimat yang sama akan menimbulkan kebosanan dan suasana monoton pada pembaca. Akan tetapi, kalimat yang panjang pun akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok dan mungkin menimbulkan kelelahan pada pembaca. Oleh karena itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi.

1)      Variasi dalam Pembukaan Kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektivitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Variasi dalam pembukaan kalimat, sebuah kalimat dimulai atau dibuka dengan cara frasa keterangan tempat atau waktu, frasa verbum, dan partikel penghubung dan sebagainya. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a.       Gemuruh teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan menembus jala kiper pada menit ke-19.
b.      Dengan gagah Obahorok telah tampil di Jakarta, kota metropolitan yang angkuh ini.
c.       Pada menit ke-50 kapten kesebelasan kembali menjaringkan bola untuk yang kedua kalinya.
d.      Mang Usil dari Kompas menganggap hal ini sebagai suatu isyarat sederhana untuk bertransmigrasi.
e.       Dengan tabah dia menghadapi musibah yang berat itu.

2)      Variasi dalam Pola Kalimat
Suatu kalimat  dapat menimbulkan kebosanan  karena suasana yang monoton. Untuk menghindarinya dan menjadikan kalimat tersebut efektif, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek, atau yang lainnya. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a.       Berdasarkan keterangan kepala Antara di Rabat, Menlu Muchtar mengatakan bahwa tukar pikiran itu sangat bermanfaat.
b.      Bagi orang banyak, terutama orang kota, peristiwa itu tentunya tidak akan mungkin dapat dimengerti.

3)      Variasi dalam Jenis Kalimat
Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pernyataan dapat dinyatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
a.       Kita harus berhati-hati memakai bahan bakar dan energi di dalam negeri.
b.      Dapatkah kita melaksanakan pembangunan ini sesuai dengan program?

BAB III
PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka simpulan yang dihasilkan sebagai berikut.
1)      Kalimat efektif dapat didefinisikan sebagai kalimat yang secara tepat mewakili pikiran dan keinginan penulis yang disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca.
2)      Persyaratan-persyaratan kalimat efektif yang perlu diperhatikan adalah:
a)      kesepadanan dan kesatuan antara struktur bahasa dengan cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal;
b)      kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai;
c)      penekanan untuk mengemukakan ide pokok;
d)     kehematan dalam mempergunakan kata;
e)      kevariasian dalam struktur kalimat.
3)      Kesepadanan dan kesatuan yaitu kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat.
4)      Kesejajaran  di dalam komposisi ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dipakai dalam susunan serial.
5)      Penekanan dalam kalimat yaitu inti pikiran yang biasanya ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara.
6)      Kehematan terkait dengan pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan.
7)      Penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi.







DAFTAR PUSTAKA


Barus, Sanggup, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Pengembang Kepribadian. Medan: Unimed.
Rahayu, Minto. 2010. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Sugono, Dendy. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I Edisi Keenam . Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional 
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/196711031993032-novi_resmini/kalimat_efektif.pdf

0 comments:

Post a Comment